Kota Bandung – Pasca pagelaran perayaan Satu Dasawarsa Paguyuban Kethoprak Serayu Kridho Budoyo (SKB), segenap panitia, sebagian pemain, wiraswara,pengrawit dan unsur pendukung lainnya melakukan pembubaran panitia, sekaligus tasyakuran, di lokasi yang biasanya untuk latihan karawitan. Ruang Kesenian – Basemen 2, Gedung Merah Putih Telkom Indonesia Jl. Japati No.1 Bandung, Selasa malam (09/9/25).
Sebelumnya, SKB sukses menampilkan lakon ‘Lambangsari Ngedan’ di Gedung Rumentang Siang Kosambi Kota Bandung, Sabtu malam (06/9/25), dan mampu mengajak penonton, larut dalam suasana nostalgia, menikmati seni pertunjukan tradisional yang diidamkan, layaknya di kampung halaman, di Jawa Tengah, Jogjakarta atau Jawa Timur.
Pembubaran Panitia & Tasyuran suksesnya pertunjukan
Selain pembubaran panitia, pengurus dan segenap keluarga besar SKB memanfaatkan moment pertemuan itu sebagai ungkap syukur atas sukses dan lancarnya pertunjukan sekaligus syukuran ulang tahun pimpinan mereka, serta sebagai sarana evaluasi.
Pimpinan Kethoprak Serayu Kridho Budoyo, KRT. Sagino Budoyo Dipuro, saat sambutan menyampaikan terima kasih kepada semua pihak atas bantuan baik moril atau materil, dan khususnya para pemain, seniman seniwati, panitia yang telah bekerja dengan baik, hingga pagelaran berjalan lancar. Adapun kekurangan menurutnya tentu ada.
“Sebagai pimpinan saya juga mohon maaf apabila ada sesuatu yang kurang berkenan, baik yang di sengaja maupun yang tidak disengaja. Semoga tali persaudaraan kita tetap bisa terjalin dengan baik,” ungkap Sagino.
Pada bagian lain, Sagino juga menerima saran, masukan dari internal panitia, dan pemain yang terlibat dan bahkan dari pihak luar yang sengaja diundang, untuk menyampaikan pendapat dan pandangannya.
SKB terbuka merima saran, kritik dan masukan
Ganang Partho Kakiyat, jurnalis Bandung yang dimintai pendapatnya menyatakan, secara keseluruhan, pagelaran berjalan baik dan mendapat respons positif dari penonton. Beberapa catatan diantaranya disampaikan pula yakni mengenai, terlalu malamnya pertunjukan utama sehingga menganggu kenyamanan penonton.
“Beberapa penonton yang datang lansung menyaksikan, menyayangkan terlalu malamnya pertunjukan, yakni dimulai lewat jam 10. Penonton mengeluh, karena panjangnya durasi seremoni. Akibatnya, mereka tidak tuntas menikmati akhir lakon Lambangsari Ngedan yang sudah lama dinantikan,” demikian Ganang.
Terkait pendapat penonton yang sempat direkam itu, Ganang menyarankan kepada panitia agar pada pagelaran berikutnya, dipertimbangkan seremoni yang singkat, padat, namun tak mengurangi makna seremonialnya, sehingga kethoprak bisa hadir lebih awal.
Saran lainnya, kesenian lain yang menjadi pengisi acara sebelum yang utama, justru bisa diselipkan menjadi bagian pertunjukan, sehingga benar – benar terjadi kolaborasi.
Ganang juga mendorong, sutradara dan unsur pimpinan SKB melakukan regenerasi pemain dan pengrawit, dengan melibatkan generasi kekinian, sehingga kethoprak juga bisa dinikmati anak muda, bahkan mereka bisa terlibat.
Baik Sagino sebagai pimpinan SKB dan Sutradara kethoprak R.Ramelan Hadi, menerima dengan terbuka saran dan masukan yang disampaikan. Mereka berdua kompak akan berupaya semaksimal mungkin, mengajak serta anak – anak muda untuk bisa bergabung dan terlibat pada pertunjukan berikutnya.
Hal lain yang juga mengemuka seperti disampaikan Ramelan adalah terkait disiplin. Menurutnya, selain diminta meningkatkan disiplin saat latihan, pemain juga diharap memahami penuh peran yang diterima dan dilakonkan.
“Disiplin itu kunci sukses sebuah capaian. Jadi ketika semua bisa dilakukan dengan baik, dan sesuai, maka niscaya pertunjukan akan semakin maksimal, sehingga penonton tak hanya menjadikan pertunjukan seni tradisional yang jadi tontonan, namun juga tuntunan,” ungkap Ramelan.
Tema Tahun Depan “Kolaborasi, Wujudkan Harmoni, Melalui Seni Tradisi”
Sagino menegaskan, dirinya optimis tahun depan bisa menampikan lakon lebih seru dan tata kelola pertunjukan lebih baik lagi. Rasa optimisme muncur lantaran ia banyak mendapat dukungaan dari berbagai pihak utamanya paguyuban asal daerah/ perantau Jawa Timur, Jogja dan Jawa Tengah yang ada di Bandung Raya, atau perkumpulan seni budaya Jawa yang kini terus menjamur di tlatah Pasundan.
“Jika tema kemaren adalah Mengabdi Seni, Berbhakti Negeri, itu adalah upaya penguatan kapasitas kami dalam perkumpulan dalam menebalkan pondasi yang didasari atas azas silaturahmi, gotong royong dan kecintaan pada seni, semangat nguri – nguri budaya. Maka tahun depan, kami akan mengangkat tema Kolaborasi, Wujudkan Harmoni, Melalui Seni Tradisi,” kata Sagino.
Menurutnya, setelah berkutat dengan penguatan pondasi perkumpulan atau paguyuban, maka berikutnya tentu meluaskan jejaring sehingga bisa banyak pihak yang bisa diajak berkolaborasi, guna mewujudkan harmonisasi seni yang memberi manfaat kebaikan.
“Kuncinya adalah dengan siltaurahmi kami akan lakukan kolaborasi. Doakan kami semua sehat, dan bisa membuat pertunjukan di masa mendatang lebih baik lagi,” Sagino mengakhiri. [ast_bw]
