• Tentang Kami
  • Iklan & Layanan
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
Jumat, 23 Mei 2025
TV Harmoni
  • Berita
    • Jawa Barat
    • Kab. Bandung
    • Kab. Bandung Barat
    • Kota Bandung
    • Kota Cimahi
    • Nasional
  • Keluarga
  • Kesehatan
  • Entertainment
  • Olahraga
    • Bewara Persib
  • Ekonomi
  • Tekno
  • Religi
  • TVH
No Result
View All Result
  • Berita
    • Jawa Barat
    • Kab. Bandung
    • Kab. Bandung Barat
    • Kota Bandung
    • Kota Cimahi
    • Nasional
  • Keluarga
  • Kesehatan
  • Entertainment
  • Olahraga
    • Bewara Persib
  • Ekonomi
  • Tekno
  • Religi
  • TVH
No Result
View All Result
No Result
View All Result
TV Harmoni
  • Tentang Kami
  • Iklan & Layanan
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
Home Ragam

Lebaran di Era ‘New Normal’

Redaksi Harmoni oleh Redaksi Harmoni
Senin, 25 Mei 2020
in Ragam
0 0
Lebaran di Era ‘New Normal’

Seorang pedagang kaki lima Indonesia menjual ketupat, di Jakarta 24 November 2003, menjelang Idul Fitri. (Foto: Reuters)

Berbeda dengan biasanya, Lebaran kali ini dirayakan dengan cara yang tak biasa di Indonesia. Tidak ada lagi takbir keliling dan halal-bi-halal usai sholat Idul Fitri. Sebagian besar daerah bahkan meniadakan sholat Ied berjamaah. Namun tak menyurutkan upaya menyemarakkan Lebaran dengan beragam cara.

Suasana takbir keliling di kota Banda Aceh pada tahun lalu sangat meriah. Takbir yang dilakukan dengan parade mobil hias keliling kota, diikuti anak-anak yang berlarian mengikuti dengan kembang api. Kini hanya kerinduan yang dirasakan warga Aceh dan warga Muslim di Indonesia pada umumnya, yang tak lagi dapat merayakan tradisi-tradisi seperti ini karena merebaknya pandemi virus corona.

Pemerintah melarang takbir keliling, sholat Idul Fitri berjamaah di masjid dan lapagan, hingga halal-bi-halal yang kerap mewarnai lebaran setelah sebulan penuh berpuasa; untuk mencegah meluasnya perebakan virus corona.

Umat Islam melaksanakan sholat Idul Fitri, menandai akhir bulan puasa Ramadhan, di Masjid Agung Baiturrahman di Banda Aceh, Indonesia, 5 Juni 2019. (Foto: Antara/Irwansyah Putra/via REUTERS)
Umat Islam melaksanakan sholat Idul Fitri, menandai akhir bulan puasa Ramadhan, di Masjid Agung Baiturrahman di Banda Aceh, Indonesia, 5 Juni 2019. (Foto: Antara/Irwansyah Putra/via REUTERS)

“Sekarang kami hanya dapat membuat mobil hias untuk takbiran di masjid masing-masing dan mengumandangkan takbir dengan tetap memperhatikan jarak yang aman,” kata Al Kautsar.

Sepanjang bulan Ramadan lalu Muhammad Al Kautsar bersama sekitar 50an anak muda secara bergantian membangunkan warga untuk sahur dari masjid kecil di kotanya.

Ia masih berharap besar dapat sholat Idul Fitri berjamaah di masjid bersama keluarga dan sahabat-sahabatnya, tetapi hingga dua hari sebelum lebaran, pandemi tak juga berakhir.

Meskipun Aceh termasuk provinsi dengan kasus corona yang kecil, tapi ia tak mau ambil risiko. Al Kautsar memilih mengikuti anjuran pemerintah untuk tidak berkumpul dalam jumlah besar dan hanya menggelar takbiran di masjidnya saja, tidak berkeliling kota lagi.

Hal senada dilakukan Gusti Aldi di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

“Kemeriahan hanya dirasakan dalam keluarga kecil saja. Kemeriahan lebaran tidak terasa bagi masyarakat luas karena pelaksanaan sholat Ied tidak dilakukan di masjid dan lapangan guna menangkal perebakan Covid-19. Tidak sedikit warga yang memutuskan tidak berkunjung ke kerabat mereka meski masih dalam satu kota,” kata Aldi.

Seorang pekerja menyiapkan kue untuk dipanggang di pabrik kue buatan sendiri menjelang Idul Fitri di Jakarta, 23 Agustus 2011. (Foto: Reuters/Enny Nuraheni)
Seorang pekerja menyiapkan kue untuk dipanggang di pabrik kue buatan sendiri menjelang Idul Fitri di Jakarta, 23 Agustus 2011. (Foto: Reuters/Enny Nuraheni)

Evi Tampakatu, warga di Poso Kota, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah juga mengubah kebiasaannya membuat kue atau belanja lebaran karena Covid-19.

“Kalau tahun lalu sejak awal puasa kami sudah menyiapkan bahan-bahan untuk membuat kue lebaran, zakat untuk anak-anak; kali ini kami mengurangi. Kalau dulu kue sampai 10-15 toples, sekarang hanya lima toples. Kami juga memberi pengertian pada anak-anak kalau sekarang tidak bisa pergi belanja pakaian dulu,” kata Evi.

Meskipun demikian, Aldi dan Evi mengatakan sangat bersyukur mereka sekeluarga tetap sehat wal’afiat di tengah pandemi ini.

Rasa syukur yang juga dipanjatkan Irfan, seorang pengungsi di kota Palu, Sulawesi Tengah. Sejak tahun 2018 ia terpaksa hidup di tenda pengungsian setelah rumahnya hancur dalam musibah gempa bumi dahsyat ketika itu.

Irfan yang tinggal bersama empat anak, termasuk dua yang masih berusia di bawah lima tahun, tetap merasa bersyukur keluarga kecilnya sehat waafiat dan masih bisa bersama-sama di hari penuh rahmat ini.

Seorang anak lelaki membawa ketupat untuk dijual di sebuah pasar di Makassar, Sulawesi Selatan, 1 November 2005 untuk merayakan Idul Fitri, yang menandai akhir bulan suci Ramadhan. (Foto: Reuters/Yusuf Ahmad)
Seorang anak lelaki membawa ketupat untuk dijual di sebuah pasar di Makassar, Sulawesi Selatan, 1 November 2005 untuk merayakan Idul Fitri, yang menandai akhir bulan suci Ramadhan. (Foto: Reuters/Yusuf Ahmad)

“Masih alhamdulillah lebaran ini pun kami masih bersama keluarga, meskipun tinggal di shelter. Kami ada enam orang dalam satu tenda, empat anak dan istri. Tenda ini ukuran 3X5 meter. Saya sambung dengan tenda-tenda terpal supaya mencukupi enam orang. Kalau untuk sementara ini alhamdulillah bocor-bocor semua,” kata Irfan.

Idul Fitri kali ini memang benar-benar menjadi ujian bagi semua. Ingat ini sebagai cara kita mensucikan diri, sebagaimana makna sesungguhnya bulan suci Ramadan. [em/jm]Newest

Sumber : VOA Indonesia

Bagikan ke Facebook Bagikan ke Twitter Bagikan ke WhatsApp
Redaksi Harmoni

Redaksi Harmoni

Info Terkait

Ragam

Surga Narkoba

Selasa, 20 Mei 2025
Ragam

Di Balik Senyap Gencatan Senjata

Kamis, 10 April 2025
Ragam

Di Bawah Bom, Masih Ada Harapan

Rabu, 9 April 2025
Ragam

Haji Hijau

Sabtu, 22 Maret 2025
Religi

Ikuti Kajian MT. Rumahku Syurgaku “Andai Ini Ramadhan Terakhir Kita”

Kamis, 6 Maret 2025
Ragam

Spirit Cekelin

Kamis, 6 Februari 2025

Info Terbaru

Kajian Ummahatul Qurani “Bersujudnya Alam Semesta”

Jumat, 23 Mei 2025
Kajian Rutin SBC “Mengapa Masih Gelisah Walau Sudah Ibadah” bersama Bunda Khairati Khair

Kajian Rutin SBC “Mengapa Masih Gelisah Walau Sudah Ibadah” bersama Bunda Khairati Khair

Kamis, 22 Mei 2025
LIPUTAN KHUSUS – Kajian Rutin Bulanan Majelis Taklim TC – 8 | Menjaga Keluarga dari Musibah

LIPUTAN KHUSUS – Kajian Rutin Bulanan Majelis Taklim TC – 8 “Menjaga Keluarga dari Musibah”

Kamis, 22 Mei 2025

Ikuti Kajian Rutin “Buat Apa Aku Hidup?” bersama Teh Ufah

Kamis, 22 Mei 2025

Video

  • All
  • Video

Kajian Ummahatul Qurani “Bersujudnya Alam Semesta”

Jumat, 23 Mei 2025

“Tipe Perempuan dalam Al-Qur’an” bersama Ust. Adi Hidayat

Minggu, 18 Mei 2025

Tamu Kita – “Mengkritisi Kebijakan Pendidikan KDM”

Sabtu, 17 Mei 2025

Video kajian Rutin MT Ummahatul Qurani “Lurus di Jalan Berliku” bersama Ust. Dedi Hariadi, Lc.

Jumat, 16 Mei 2025
[radio_player id="3"]
  • Tentang Kami
  • Iklan & Layanan
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kontak Kami

© 2024 Harmoni Online

  • Berita
    • Kota Bandung
    • Kota Cimahi
    • Kab. Bandung
    • Kab. Bandung Barat
    • Jawa Barat
  • Kesehatan
  • Keluarga
  • Ekonomi
  • Etalase
  • Olahraga
  • Entertainment
  • Unik
  • Wisata
  • Religi
  • Video
  • Foto

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist