Banyak istilah yang muncul terkait pandemi corona yang bagi masyarakat tertentu cukup membingungkan bahkan sulit dipahami. Seperti social distancing, lockdown, suspek, ODP, PDP, imported case, comfirm, tracing, community spread dan istilah lainnya seiring berkembangnya fenomena baru yang belum ada sebelumnya.
Untuk memudahkan masyarakat memahami dengan mudah makna social distancing, baiknya gunakan saja istilah “JagaJarakSehat’ namun tetap perkuat solidaritas sosial. Karena esensi utama pesan social distancing adalah jaga jarak fisik agar setiap individu tidak saling menularkan.
Sementara jarak sosial dalam makna solidaritas, empati, atensi dan kolaborasi yang bersifat non fisik harustetap terpelihara baik. Mengingat hakekat manusia sebagai mahluk sosial yang tidak mungkin dapat dipisahkan secara sosial dan emosional dengan sesamanya.
World Health Organization (WHO) sendiri telah menetapkan penyakit akibat virus ini sebagai pandemi global – berarti bahwa penularan da nancamannya telah melampaui batas-batas antar negara. Saat ini semua elemen manusia melampau ibatas Negara, strata sosial, suku, ras dan agama tidak bisa menghindarkan diri dari ancaman Covid-19 yang menginfeksi hampir manusia di semua Negara.
Setiap insan manusia tidak terkecuali diri kita, berpotensi tertular .Bahkan menularkan virus kepada orang lain tanpa disadari, melalui berbagai media. sehingga Jaga Jarak Sehat diperlukan olehs etiap insan agar tidak tertular atau menularkan kepada orang lain.
Kegiatan social distance atau Jaga jarak sehat merupakan strategi kesehatan untuk mencegah atau memperlambat penyebaran virus. Mengutipdari CTV News, social distancing is the new norm as the world tries to contain COVID-19, social distance telah menjadi norma baru ketika dunia perang menghadapi COVD-19.
Selain itu, social distance juga dilakukan dengan mengisolasi diri bagi orang yang terinfeksi, mengkarantina diri, sehingga orang dapat terpisah satu sama lain. Hal yang sesungguhnya tidak mudah bagi bangsa kita yang someah, dan saling salam bahkan hingga cium tangan. Tak jarang “cipikacipiki” bagi yang sudah kenal dekat.
Jaga jarak sehat, social distance berguna untuk mengurang iatau meminimalkan potensi seseorang tertular penyakit. WHO menyarankan untuk menjaga jarak aman sekitar 1 meter dengan siapa pun, terutama mereka yang punya gejala demam, batuk, atau bersin. Itu sebabnya menjaga jarak aman adalah hal yang diwajibkan WHO untuk mengurangi atau setidaknya memutu srantai penyebaran virus.
MUI Pusat (Senin, 16/03/2020) juga sudah mengeluarkan fatwa tentang social distance ini yang terkait dengan kegiatan ibadah: Shalat Jumat bisa diganti dengan shalat Dzuhur di rumah masing-masing, shalat lima waktu tidak berjamaah, shalat tarawih tidak berjamaah, Shalat Id juga tidak berjamah dan kegiatan majelis taklim tatap muka langsung dihentikan.
Dalam khazanah Islam, konsep social distance relevan dengan konsep uzlah, pengasingan diri.Akar kata uzlah dalam bahasa Arab adalah `azala, yang artinya memisahkan, menyingkirkan. Di dalam KamusBesarBahasa Indonesia (KBBI), istilah uzlah/uz.lah/ merupakan kata benda yang berarti pengasingan diri untuk memusatkan perhatian pada ibadah (berzikirdantafakur) kepada Allah Swt. Yang bisa jadi ketika kondisi normal kita lebih fokus keurusan duniawi.
Musibah Covid-19 ini mari kita maknai sebagai momentum untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Seraya kitadoakan saudara kita yang karena kondisi tertentu tidak dapat melakukan Jaga Jarak Sehat karena tugas kemanusiaan seperti petugas medis, keamanan, pengelola objek vital dan siapapun yang terpaksa melanggar karena tidak ada pilihan lain untuk “menyambunghidup” Allah berikan kesehatan lahir batin.
Dan kita semua yang tidak ada alasan kuat untuk keluar rumah, kemudian patuh dan ikhlas tinggal dirumah hakekatnya telah berkontribusi besar dalam perang melawan Covid19. Dan jaga jarak sehat setidaknya 1 meter, terapkan pola hidup bersih dan sehat sebagai budaya yang selama ini kurang menjad iperhatian, untuk kita sosialisasikan dan internalisasikan secara masiv.
Mari jadikan momentum kerja dan beribadah di rumah untuk merekatkan ikatan keluarga yang saat normal susah untuk berkumpul bersama dan momentum untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Maha Pemilik dan Penguasa alam semesta, Allah SWT. Seraya berharap kondisi kembali normal seperti sediakala. Semoga !