TNI mengerahkan seluruh kekuatannya, mulai dari prajurit, alat perang, hingga fasilitas kesehatan yang dimiliki demi memerangi virus corona.
Riak air laut memecah pelan bangunan beton dermaga di Terminal 2 Jakarta International Container Terminal atau JICT, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Empat speed boat jenis sea rider warna gelap tampak bersandar di tepi dermaga. Di bagian muka dari kemudi speed boat tertempel stiker warna biru bertuliskan “Patkamla Sea Rider Satrol TNI-AL”. Beberapa orang berpakaian loreng hijau khas tentara tampak bersiaga di dalam sea rider berukuran panjang sepuluh meter itu.
Di sisi lain dermaga seluas hampir satu hektare itu tampak terparkir beberapa kendaraan besar seperti bus pariwisata warna biru dan truk bertuliskan TNI. Dua tenda besar warna putih juga digelar tak jauh dari lokasi bersandarnya kapal sea rider.
Satu jam kemudian, keempat sea rider mulai bergerak menjauh dari dermaga. Orang-orang berseragam militer yang semula berada di dalamnya kini sudah berganti kostum. Semua mengenakan pakaian khusus hazardous materials (hazmat) dengan penutup kepala dan masker. Semua berwarna senada, serbaputih. Sepintas, mereka mirip dengan para petugas medis di rumah sakit.
Senin pagi di 15 Juni 2020 itu, awak sea rider berseragam serbaputih tadi menjadi bagian dari personel yang dilibatkan untuk proses evakuasi 324 warga negara Indonesia (WNI) anak buah kapal (ABK) di MV Costa Mediterranea, sebuah kapal pesiar berbendera Italia sepanjang 300 meter. Ke-324 ABK WNI ini merupakan bagian dari pemulangan puluhan ribu WNI dari berbagai belahan dunia lantaran terdampak pandemi Covid-19.
Pelibatan prajurit militer dari Pangkalan Utama Angkatan Laut III ini merupakan bagian dari komitmen Tentara Nasional Indonesia (TNI) membantu pemerintah dalam penanganan virus corona. Dan kegiatan prajurit TNI membantu proses evakuasi WNI ABK kapal pesiar dalam masa pandemi Covid-19 kali itu bukanlah yang pertama. Tercatat, sudah 13 kali proses evakuasi sekitar 3.500 WNI yang bekerja sebagai ABK di kapal-kapal pesiar dunia dilakukan para prajurit TNI.
Sebagian besar dari proses pemulangan itu, kapal pesiar mengantarkan sendiri WNI ABK-nya untuk dievakuasi dari sekitar Teluk Jakarta, atau berjarak 3-4 mil dari dermaga Terminal 2 JICT. Pasalnya diketahui, alur kedalaman laut dermaga hanya mencapai enam meter sehingga tak memadai bagi kapal pesiar bersandar di dermaga.
Bagian Tak Terpisahkan
Para prajurit TNI dari ketiga matra bahkan sudah diikutsertakan sejak pemulangan 238 WNI yang berdiam di Kota Wuhan. Wuhan adalah Ibu Kota Hubei, provinsi di Tiongkok tengah, yang menjadi episentrum awal dari virus corona, sebelum menyebar ke seluruh dunia.
Peristiwa penjemputan WNI itu terjadi pada 1 Februari 2020, atau tepat sebulan sebelum pemerintah mengumumkan pasien pertama yang terjangkit corona pada 2 Maret 2020 lalu. Proses karantina ke-238 WNI dari Wuhan itu juga menggunakan fasilitas milik Pangkalan Udara TNI Angkatan Udara Raden Sadjad di Natuna, Kepulauan Riau.
Sejak saat itulah para prajurit TNI menjadi bagian tak terpisahkan dalam penanganan pandemi corona. Bahkan Presiden Joko Widodo menunjuk jenderal bintang tiga dari TNI, yakni Doni Monardo, sebagai Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pada 14 Maret 2020. Doni sendiri adalah Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Cilangkap sebagai lokasi markas besar TNI ikut bergerak cepat. Pada 23 Maret 2020, pimpinan TNI langsung membentuk empat Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) di empat wilayah. Pada pembentukan Kogasgabpad di 23 Maret 2020 ikut dilibatkan unsur gabungan TNI-Polri, kementerian, lembaga dan relawan yang dipimpin para panglima komando utama operasi (pangkotama ops) TNI.
Kogasgabpad untuk penanganan Covid-19 ini pertama kali dipimpin oleh Yudo Margono. Perwira tinggi bintang empat yang sekarang menjabat Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL). Yudo sebelumnya adalah panglima komando gabungan wilayah pertahanan I (Pangkogabwilhan I). Posisi Yudo sendiri kini digantikan Laksamana Muda I Nyoman Gede Ariawan yang sebelumnya merupakan Panglima Komando Armada III (Pangkoarmada II).
Keempat Kogasgabpad itu terdiri dari Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Jakarta yang dipimpin Pangdam Jaya. Kemudian Kogasgabpad Natuna yang dipimpin Pangkoopsau I, Kogasgabpad Pulau Sebaru dipimpin Pangkoarmada I, dan Kogasgabpad RS Khusus Infeksi Pulau Galang dipimpin Pangdam 1 Bukit Barisan.
Operasi Kemanusiaan
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyebut, penggunaan kekuatan militer dilakukan dalam rangka Operasi Militer Selain Perang atau OMSP untuk kegiatan bantuan kemanusiaan (civic mission). Hal itu khususnya untuk penanggulangan bencana alam dan pengungsian, penanganan wabah penyakit, pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan atau search and rescue (SAR), serta pengamanan pelayaran dan penerbangan.
Khusus untuk percepatan penanganan pandemi corona kali ini, ada tiga jenis operasi kemanusiaan yang langsung digelar Cilangkap. Yaitu Operasi Penanganan Medis, Operasi Pengamanan, dan Operasi Dukungan.
Untuk Operasi Penanganan Medis, antara lain, menyiapkan tiga rumah sakit TNI sebagai tempat rujukan utama dan 19 lainnya sebagai rujukan pendukung. Selain itu sebanyak 109 RS TNI di seluruh tanah air dapat digunakan sebagai rumah sakit perawatan pasien corona.
Selain mengadakan fasilitas kesehatan di darat, TNI juga menyiapkan kapal rumah sakit KRI dr Soeharso dan KRI Semarang serta lima rumah sakit lapangan dari Batalyon Kesehatan TNI.
Terkait dengan Operasi Pengamanan dalam rangka percepatan penanganan Covid-19, TNI mengadakan sejumlah kegiatan seperti pengamanan perbatasan darat dan laut dengan menggelar kekuatan teritorial milik TNI.
Ada pula kegiatan pengerahan alat utama sistem persenjataan (alutsista) gabungan, yaitu kapal perang dan pesawat patroli maritim, satuan teritorial, dan pengamanan perbatasan. Di mana mereka membantu pemeriksaan arus orang masuk di pelabuhan, bandara, Pos Lintas Batas Nasional (PLBN), serta mengawasi jalur-jalur tikus yang dapat digunakan di sepanjang perbatasan dengan negara tetangga.
Selain itu, TNI juga melakukan pengamanan jalur logistik untuk menjamin keamanan rantai logistik dalam hal ini distribusi Jaring Pengaman Sosial, selama diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB di sebagian provinsi dan kabupaten/kota.
TNI juga dilibatkan dalam pengamanan PSBB yang dilakukan bersama instansi terkait berupa patroli bersama untuk menegakkan aturan PSBB dan larangan mudik menjelang Hari Raya Idulfitri yang diterapkan di tengah masyarakat.
Untuk Operasi Dukungan, pesawat-pesawat angkut milik TNI-AU juga telah berperan membawa bantuan peralatan kesehatan dari Pemerintah Tiongkok. TNI juga ikut membantu mendistribusikan alat kesehatan ke berbagai provinsi dengan menggunakan pesawat angkut dan truk-truk TNI.
Sejumlah pesawat nirawak (drone) TNI juga digunakan untuk menyemprot disinfektan ke wilayah permukiman warga. TNI juga turut membantu pendataan masyarakat yang berhak menerima bantuan sosial, membantu penyaluran bantuan logistik ke masyarakat yang membutuhkan, dan menggelar dapur umum di seluruh wilayah komando utama operasi (Kotamaops) TNI untuk membantu kinerja Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
Khusus pada fase transisi PSBB sebagai bagian dari normal baru (new normal), sebanyak 20 ribu prajurit TNI telah dikerahkan di 1.800 titik untuk ikut membantu pengamanan fasilitas publik seperti pusat perbelanjaan, pasar, terminal, halte, serta stasiun.
Pemerintah telah menyiapkan anggaran sebesar Rp3,2 triliun bagi pengerahan pasukan TNI untuk percepatan penanganan pandemi corona selama 150 hari. Dana tersebut digunakan pula untuk mendukung kebutuhan alat kesehatan bagi 109 RS TNI.
PCR dan Uji Ventilator
Peran signifikan dalam kegiatan percepatan penanganan pandemi corona juga ditunjukkan TNI Angkatan Darat. Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Andhika Perkasa memerintahkan 68 kepala rumah sakit yang dikelola TNI-AD untuk segera menyiapkan tenaga analis dan lahan untuk membangun laboratorium Polymerse Chain Reaction (PCR) dengan ekstraksi RNA robotic.
Ke-68 RS TNI-AD itu terdiri dari 63 RS Tingkat II, III, dan IV serta lima RS bantuan. Khusus pembangunan laboratorium PCR nantinya dilakukan secara bertahap, diprioritaskan untuk wilayah zona merah Covid-19.
“Laboratorium PCR ini akan menggunakan ekstraksi RNA robotic atau dengan komputer, sehingga kebutuhan analisnya akan lebih sedikit,” kata pria kelahiran Bandung, 21 Desember 1964 itu. Pengadaan laboratorium PCR ini tidak akan mengganggu ruangan atau gedung yang ada, karena diperlukan bangunan dengan kriteria bio safety level 3.
Andika yang merupakan lulusan Akademi Militer 1987 itu juga menginstruksikan seluruh Kepala Kesehatan Kodam (Kakesdam) agar memanfaatkan terapi plasma konvalesen. Kini, terapi itu tengah dikembangkan RS Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto Jakarta dan diharapkan bisa mempercepat penanganan pasien virus SARS COV-2.
Percepatan penanganan pasien virus corona ini digelar seiring dengan meningkatnya jumlah pasien yang ditangani oleh tiap RS TNI-AD. Diketahui, di salah satu RS TNI-AD, yakni di RS Kesdam Jaya, kini tengah ditangani penyembuhan bagi 793 pasien corona, di mana empat di antaranya adalah prajurit TNI.
Kepala Pusat Zeni Angkatan Darat Mayjen Mohammad Munib mengatakan, pihaknya telah menyiapkan desain laboratorium yang akan didirikan di atas lahan seluas 5×10 meter. Ruangan bertekanan negatif beserta hepafilternya cukup di ruangan 3×3 meter.
Terdapat ruang penyekat di tiap pintu keluar masuk bangunan agar virus tidak keluar dari ruangan laboratorium. Pembangunan laboratorium PCR tersebut telah mendapat persetujuan dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
Asisten Logistik KSAD Mayjen Jani Iswanto mengatakan, sebagian bahan sudah datang, berupa mesin untuk PCR dan ekstraknya. Untuk bahan lainnya akan datang bertahap. Pembangunannya akan dikerjakan oleh vendor yang sudah ditunjuk oleh pihak gugus tugas.
Sebelumnya pemerintah telah meluluskan permintaan KSAD agar uji klinis alat ventilator buatan PT Pindad bisa dilakukan di seluruh RS TNI-AD.
Meski demikian hanya 10 RS TNI-AD yang diberi kesempatan menguji alat buatan dalam negeri yang telah diakui Kementerian Kesehatan ini. Alat ventilator ini selanjutnya akan menjadi aset dari RS TNI-AD. Salah satu rumah sakit yang akan menerima ventilator Pindad ini adalah RSPAD Gatot Soebroto.
Sumber : https://indonesia.go.id