• Tentang Kami
  • Iklan & Layanan
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
Minggu, 9 November 2025
TV Harmoni
  • Berita
    • Jawa Barat
    • Kab. Bandung
    • Kab. Bandung Barat
    • Kota Bandung
    • Kota Cimahi
    • Nasional
  • Keluarga
  • Kesehatan
  • Entertainment
  • Olahraga
    • Bewara Persib
  • Ekonomi
  • Tekno
  • Religi
  • TVH
No Result
View All Result
  • Berita
    • Jawa Barat
    • Kab. Bandung
    • Kab. Bandung Barat
    • Kota Bandung
    • Kota Cimahi
    • Nasional
  • Keluarga
  • Kesehatan
  • Entertainment
  • Olahraga
    • Bewara Persib
  • Ekonomi
  • Tekno
  • Religi
  • TVH
No Result
View All Result
No Result
View All Result
TV Harmoni
  • Berita
  • Keluarga
  • Kesehatan
  • Entertainment
  • Olahraga
  • Ekonomi
  • Tekno
  • Religi
  • TVH
Home Uncategorized

Persahabatan 2 Perempuan Difabel dalam Film “How Far I’ll Go”

Redaksi Harmoni oleh Redaksi Harmoni
Selasa, 3 Maret 2020
in Uncategorized
0 0
Persahabatan 2 Perempuan Difabel dalam Film “How Far I’ll Go”

Salah satu adegan dalam film "How Far I'll Go" (courtesy: Tribeca Film Institute).

WASHINGTON DC (VOA) — Film independen “How Far I’ll Go” atau Sejauh Ku Melangkah berhasil menjadi pemenang dalam Shorts Pitch Competition yang diadakan oleh Tribeca Film Institute di New York tahun lalu.

Film dokumenter karya sutradara perempuan Indonesia itu mengisahkan persahabatan dua sahabat difabel Indonesia yang terpisah oleh jarak dan perbedaan waktu namun menghadapi tantangan yang sama untuk menjadi remaja yang mandiri.

Itulah cuplikan flm independen How Far I’ll Go atau Sejauh Ku Melangkah di mana pemeran utama Andrea sedang belajar menyetir walau tidak bisa melihat. Film itu mengisahkan dua sahabat tunanetra, Andrea dan Salsa yang tak bisa melihat sejak lahir dan berteman saat di TK tunanetra Lebak Bulus, Jakarta. Pada usia lima tahun, Andrea bersama keluarga pindah dari Jakarta ke Virginia, Amerika Serikat, sementara Salsa tetap berada di Jakarta.

Kini keduanya beranjak remaja. Terlepas jarak yang ada, Andrea dan Salsa tetap menjalin komunikasi melalui telepon video dan pesan instan.

“Selamat pagi, Salsa! Apa kabar?,” tanya Andrea Darmawan, pemeran utama How Far I’ll Go.

Film dokumenter yang disutradarai Ucu Agustin tersebut tahun lalu berhasil menjadi pemenang dalam Shorts Pitch Competition yang diadakan oleh Tribeca Film Institute di New York, dan juga diputar di sejumlah tempat termasuk Washington DC.

Sutradara sekaligus pemerhati perempuan itu bertemu Dea, sapaan akrab Andrea pada Oktober 2017 ketika ia berumur 16 tahun.

Ucu Agustin, Sutradara How Far I’ll Go menjelaskan, “Ketika saya melihat dia (Dea) sama teman-temannya, berbicara (ngobrol) tentang mode, musik, dan lain sebagainya, saya tidak melihatnya sebagai anak yang tidak bisa melihat.”

Melalui film How Far I’ll Go, Ucu ingin menjelaskan bagaimana remaja seperti Dea yang tidak bisa melihat mempersiapkan dirinya agar bisa mandiri sebagaimana orang normal lainnya.

Kepada VOA melalui telepon, Dea menjelaskan tantangan yang dihadapi tidak hanya mendaftarkan semua pihak yang terlibat mulai dari korespondensi melalui sejumlah email, pemberitahuan kepada pihak sekolah, guru dan kepala sekolah termasuk instruktur belajar mengemudi yang setelah beberapa bulan dihubungi akhirnya bersedia ikut dalam pembuatan film How Far I’ll Go.

“Aku bersama seorang guru dari sekolah menelepon dia dan membujuk instruktur tersebut,” tambah Dea.

Andrea Darmawan atau Dea, Pemeran utama film "How Far I’ll Go" (foto: courtesy).
Andrea Darmawan atau Dea, Pemeran utama film “How Far I’ll Go” (foto: courtesy).

Ketika ditemui beberapa waktu lalu, Indah Setiowati kepada VOA menjelaskan rasa bangganya sebagai seorang ibu dan orangtua sekaligus mengerti bahwa Dea bukan anak difabel yang punya banyak keterbatasan.

Indah Setiowati, Ibu Dea, mengatakan, “Dia banyak bisa mengadvokasi dirinya dan anak-anak difabel lain bahwa tidak ada yang mustahil. The sky is the limit. Tidak ada yang bisa menghalangi kemajuan seseorang termasuk Dea.”

“My life perception since eight started to fade. When I was in fifth grade…and I remembered at first I was scared because I couldn’t tell when the light was on or off anymore….”

(Persepsi hidup saya sejak saya berusia delapan (tahun) mulai memudar. Ketika saya di kelas lima … dan saya ingat pada awalnya saya takut karena saya tidak bisa tahu lagi kapan lampu menyala atau mati), begitu cuplikan kisah Dea dalam film tersebut.

Indah yang menghadiri sejumlah pemutaran Film Sejauh Ku Melangkah mengemukakan respon para penonton yang positif di mana mereka mengakui bahwa keterbatasan dan ketidakleluasaan anak-anak difabel untuk mengikuti pendidikan masih ada di Indonesia.

Bagi sutradara Ucu Agustin, hal menarik dari persahabatan yang kuat itu selain keduanya tidak bisa melihat, juga perbedaan keyakinan antara kedua sahabat tersebut: Dea beragama Kristen sedangkan Salsa seorang muslim yang memakai kerudung.

Hal yang disukai dan berarti bagi Dea dalam film tersebut adalah bagian ketika di sekolah ia sedang berbicara dengan guru yang mengajarnya jurnalistik.

“Ada satu scene ketika saya ngobrol dengan guru jurnalistik. Dia tahu saya tekun dan bisa mengerjakan tugas yang diberikan. Jadi fakta bahwa saya tidak bisa melihat itu tidak menghalangi persepsinya,” pungkasnya. [mg/ii]Newest

Sumber : VOA Indonesia

Bagikan ke Facebook Bagikan ke Twitter Bagikan ke WhatsApp
Redaksi Harmoni

Redaksi Harmoni

Info Terkait

Liputan Khusus – Hari Santri Nasional 2025 PAC Fatayat NU Cimahi Utara
Uncategorized

Liputan Khusus – Hari Santri Nasional 2025 PAC Fatayat NU Cimahi Utara

Senin, 3 November 2025
Olahraga Cepat tapi Berdampak Besar Bagi Kesehatan
Kesehatan

Olahraga Cepat tapi Berdampak Besar Bagi Kesehatan

Rabu, 6 Agustus 2025
TAMU KITA – Unjuk Kabisa
Uncategorized

TAMU KITA – Unjuk Kabisa

Selasa, 5 Agustus 2025
Uncategorized

Dilepas Ngatiyana 13 Inorga KORMI Kota Cimahi Siap Berlaga Di FORNAS NTB

Selasa, 22 Juli 2025
Bewara Persib

Bobotoh Siap Birukan Kota Bandung, Ini Rute Konvoi Persib Juara.

Sabtu, 24 Mei 2025
Berkah Ramadhan Bersama 200 Anak Yatim & Anak Disabilitas
Ramadhan

Berkah Ramadhan Bersama 200 Anak Yatim & Anak Disabilitas

Minggu, 9 Maret 2025

Info Terbaru

TAMU KITA – Magical Parenthings #3 : SERENITY ” Menemukan Kedamaian dalam Keluarga “

TAMU KITA – Magical Parenthings #3 : SERENITY ” Menemukan Kedamaian dalam Keluarga “

Jumat, 7 November 2025

Pendidikan Tanpa Akhlak; Pembunuhan Nilai Kemanusiaan

Jumat, 7 November 2025

Maung Ngamuk, Taklukkan Raksasa Merah 3-2

Jumat, 7 November 2025
TAMU KITA – Bincang Seputar Event | Konser di Langit Malam

TAMU KITA – Bincang Seputar Event | Konser di Langit Malam

Rabu, 5 November 2025

Video

  • All
  • Video
Liputan Khusus – Hari Santri Nasional 2025 PAC Fatayat NU Cimahi Utara

Liputan Khusus – Hari Santri Nasional 2025 PAC Fatayat NU Cimahi Utara

Senin, 3 November 2025

Liputan Khusus – Pelatihan Konvensi Hak Anak bagi Pengusaha di Kota Bandung 2025

Minggu, 2 November 2025
On Duty bersama Inara Anggita, Duta Motivator Pendidikan 2025 SMPN 1 Padalarang

On Duty bersama Inara Anggita, Duta Motivator Pendidikan 2025 SMPN 1 Padalarang

Selasa, 28 Oktober 2025
Khataman Al Qur’an Hari Santri Nasional 2025 di Masjid Agung Cimahi

Khataman Al Qur’an Hari Santri Nasional 2025 di Masjid Agung Cimahi

Minggu, 26 Oktober 2025
[radio_player id="3"]
  • Tentang Kami
  • Iklan & Layanan
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kontak Kami

© 2024 Harmoni Online

  • Berita
    • Kota Bandung
    • Kota Cimahi
    • Kab. Bandung
    • Kab. Bandung Barat
    • Jawa Barat
  • Kesehatan
  • Keluarga
  • Ekonomi
  • Etalase
  • Olahraga
  • Entertainment
  • Unik
  • Wisata
  • Religi
  • Video
  • Foto

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist