CIMAHI – Dinas Kesehatan Kota Cimahi meminta masyarakat waspada terhadap leptospirosis. Sebab, leptospirosis menjadi salah satu penyakit yang sangat berbahaya jika tidak segera diobati.
Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Menular pada Dinas Kesehatan Kota Cimahi, Romi Abdurakhman mengatakan, leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang ada pada urine/kencing binatang kucing dan anjing, terutama tikus.
“Yang perlu diwaspadai saat musim hujan sekarang ini adalah leptosipirosis, selain tentunya DBD, diare sama influenza,” imbuh Romi, yang didampingi Staffnya, Eka Febriana saat ditemui di Pemkot Cimahi, Jalan Rd. Hardjakusumah, Kamis (9/1/2020).
Dikatakannya, banjir atau genangan menjadi salah satu ladang penyebaran penyakit leptospirosis. Pasalnya, genangan air bisa membawa kencing seperti tikus, yang kemudian menularkan bakteri leptospira pada manusia lewat selaput lendir, mata, hidung, luka pada kulit hingga makanan.
Ketika manusia terinfeksi bakteri tersebut, maka akan timbul berbagai gejala dan tanda klinis. Seperti demam mendadak lebih dari 38,5 derajat celcius, sakit kepala, lemah, mata merah, kekuningan pada kulit hingga nyeri otot betis
“Risiko penularan itu bakteri masuk kulit yang lecet melalui banjir, genangan air, sungai, danau, selokan, saluran, air sawah hingga lumpur,” terang Romi.
Romi menyebutkan, penyakit leptospirosis bisa menyebabkan gagal ginjal, hingga kematian bila tidak segera diobati dengan cepat dan tepat. “Faktor risikonya tinggi. Dampak terparahnya bisa mengakibatkan kematian kalau gak terdeteksi dan diobati,” tegasnya.
Romi menjelaskan, secara umum ciri-ciri gejala penyakit leptospirosis mirip dengan Demam Berdarah Dangue (DBD). Hanya saja belum banyak diketahui masyarakat, sehingga jika ada gejala-gejala seperti demam mendadak lebih dari 38,5 derajat celcius, sakit kepala, lemah, mata merah, kekuningan pada kulit hingga nyeri otot betis lebih banyak yang mengira itu adalah DBD.
“Kalau di Cimahi saya belum terima laporan ada kasus leptospirosis. Menyebar informasinya sekarang-sekarang, enggak terlau banyak yang paham,” jelasnya.
Untuk itu, pihaknya sudah menyebar informasi ke semua Puskesmas dan juga masyarakat untuk mendahulukan pemeriksaan leptospirosis jika ada gejala-gejala yang dimaksud. Setelah hasilnya negatif, disarankan untuk melakukan pemeriksaan DBD dan sebagainya.
“Kalau DBD itu kan enggak pake antibiotik, kalau leptospirosis yang paling penting itu antibiotik. Kalau pengobatannya sebetulnya leptospirosis itu lebih mudah, cuma penemuannya yang kurang banyak diketahui,” bebernya.
Untuk mencegah penularan leptospirosis, setelah terkena genangan air diharuskan mencuci tangan dan kaki dengan sabun saat dan setelah beraktifitas, memakai sarung tangan sepatu boot saat dan lain-lain.
“Lalu membersihkan tempat sarang tikus dan genangan air,” ucapnya.Jika ditemukan gejala leptospirosis, maka diwajibkan untuk mendapat penanganan lebih lanjut di fasilitas kesehatan seperti Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), klinik hingga rumah sakit.
Sumber : https://cimahikota.go.id