Nahas anak berusia 6 tahun dichina bernama Tongtong mengalami lumpuh setelah dipaksa ‘Split’ oleh guru tarinya. Mendengar orang yang kita sayangi sakit ataupun cedera pasti akan merasa sedih. Hal ini terjadi oleh seorang ibu dari Tiongkok yang anaknya mengalami kelumpuhan setelah cedera dari kelas menarinya. Gadis malang berusia enam tahun itu dikenal sebagai Tongtong. Ia mengalami cedera pada 6 Oktober 2019 lalu, saat diminta split oleh gurunya. Setelah itu, ia merasa tidak bisa merasakan atau mengendalikan tubuh bagian bawahnya.
Dikutip dari AsiaOne pada Jumat (25/10/2019), terdapat sebuah rekaman CCTV yang menunjukan Tongtong terbaring di lantai ketika instruktur tarinya mendorong kaki kirinya ke atas kepalanya. Setelah ia melakukan split, ia masih bisa berjalan namun tampak pincang dan tidak stabil. Saat sedang duduk ia mencoba untuk berdiri dan berjalan normal tapi tidak bisa mengendalikan kakinya, bahkan tak bisa bergerak.
Dalam rekaman CCTV menunjukan instrukturnya memperhatikan Tongtong dan merasa ada yang aneh dengannya, mereka juga membantunya berdiri, tapi kaki gadis kecil itu tidak bisa menahan badannya sendiri. Tongtong lalu dibawa ke rumah sakit, dan dokter mendiagnosisnya dengan cedera tulang belakang. Sejak kejadian itu, Tongtong tidak pernah bisa berjalan lagi, padahal ia sudah dua tahun mengikuti kelas tari balet tersebut.
Ibunya yang bernama Li, mengatakan : “ Dokter mengatakan kepada saya untuk tidak terlalu berharap, ia juga mengatakan kalau hanya keajaiban yang bisa menyembuhkan anak saya”. Li juga menyebutkan kalau sepertinya Tongtong sudah mengalami cedera kecil sebelum ia melakukan split, dan kegiatan itu hanya memperparah cederannya, sehingga sekarang menjadi masalah serius.
Juru bicara dari sekolah tari tersebut mengatakan kalau mungkin Tongtong memang mengalami cedera, karena pelatihan yang didapatkan adalah pelajaran umum.
“kami membayar semua pengobatan medis anak tersebut untuk sekarang, namun jika berkelanjutan, mungkin itu akan sulit bagi kami,” ujar wang
Li juga membenarkan hal tersebut, ia mengatakan kalau pihak sekolah tarinya hanya membantu Tongtong saat awal ia cedera saja, tapi setelah mengetahui kondisi anak tersebut tak kian membaik, mereka berhenti berkunjung dan tidak mengangkat telepon lagi.
“Dia dulu suka menari. Sebagai orangtua, aku melakukan yang terbaik untuk mendukungnya. Sekarang dia mungkin tidak akan pernah berdiri atau menari lagi,” tambah Li.
Jadi sebagai orangtua harus mengawasi anaknya dan lebih diperhatikan lagi porsi berlatihnya jangan sampai terlalu keras disesuaikan dengan usia sianak dengan cara menjalin komunikasi dengan pelatih/pengajar si anak.
Dari kejadian diatas banyak pelajaran yang bisa kita dapatkan. sebagai orangtua haruslah lebih mengawasi anaknya saat berlatih menjalani hobinya.
(Dari Semua Sumber)