Catatan redaksi: artikel ini berisikan tulisan Reporter TV Harmoni Siti Sundari yang menulis berbagai cerita perjuangan perempuan pelaku UMKM Jabar dalam mengikuti pameran di “All About Women” dari tanggal 18 – 20 September 2024 di Gedung Dhanapala Kemenkeu RI Jakarta
Jakarta, TV Harmoni, 20/9/2024
Perempuan paruh baya yang berperawakan kecil mungil itu bernama Yuningsih. Panggilannya Ambu Yuni. Meskipun kecil, nyalinya amat besar. Pahit getir, suka duka kehidupan banyak ia alami.
Perempuan kelahiran Sukabumi pada 55 tahun lalu ini pernah bermimpi ingin menjadi guru. Tapi mimpinya itu akhirnya dikubur dalam-dalam dengan berhenti di tahun 2016 setelah 12 tahun mengabdi menjadi guru honorer.
Sejak itu Ambu Yuni mulai bergabung dengan kelompok perempuan pelaku UMKM. Ia pun masuk menjadi anggota PPUMI Kabupaten Sukabumi. Dari mencoba akhirnya jatuh hati dan ditekuni, maka ibu dari Rendy, Rosye dan Renaldy ini membuat kolontong ketan dan rangginang. Namun dalam pikiran Ambu Yuni, kolontong dan rangginang makanan yang mudah didapat atau biasa saja. Langkah terobosan pun dilakukan dengan membuat bumbu serbuk kencur, jahe, lengkuas dan kunyit.
Ia pun mencari inspirasi produk apa yang murah, enak dan khas yang punya nilai jual tinggi. Istri dari Sulaeman ini pun rajin mengikuti pertemuan, pelatihan – pelatihan, berkreasi, dan melakukan inovasi. Akhirnya Ambu membuat produk yang bahannya serba dari beras hitam yaitu sasagon beras hitam, wedang jahe beras hitam dan keripik beras hitam dengan 3 varian rasa original, pedas dan rasa cumi. Tak ketinggalan agar produknya dikenal mengikuti bazaar atau pameran baik yang diadakan pemerintah maupun komunitas.
Alih profesi dari tenaga pengajar menjadi wirausaha ini pun tidaklah mudah. Banyak tantangan, perjuangan dan kendala yang dihadapi. Mulai mencari rasa yang pas dan enak, kemasan, promosi dan digitalisasi terus diperbaiki mengikuti arahan pemerintah, lembaga atau organisasi – organisasi yang mengadakan pelatihan bagi pelaku UMKM.
Dari bazar ke bazar, dari pameran ke pameran ia ikuti walau terkadang langkahnya terseok, pengangkutan yang tidak mudah, jarak tempuh ke lokasi pameran yang panjang, menguras tenaga dan biaya yang tidak sedikit yang harus keluar dari koceknya. Belum lagi masalah pribadi yang membuat dirinya sempat terpuruk yaitu kehilangan putera bungsu kesayangan dan disusul suami tercinta yang wafat pada tahun 2022.
Kesedihan mendalam yang mendera kehidupannya, makin memacu Ambu Yuni menekuni usaha UMKM- nya. Terus dan terus ia berkreasi, mengajak dan membina perempuan lain di kampungnya untuk mandiri dan punya penghasilan sendiri.
Sebagai pelaku UMKM tentu Ambu Yuni merasa senang bila produknya dikenal luas dan laku terjual di toko atau di pameran. Namun tak jarang produk yang dibawanya dengan susah payah dan penuh perjuangan dari kampung hanya terjual sedikit. Ini tentu tak sebanding dengan perjuangan dan pengorbanan yang dilalui baik dari sisi tenaga dan biaya.
“Saya rela melakukan apa saja demi produk UMKM yang saya bawa buatan saya dan teman- teman dari kampung dikenal dan terjual. Kalau ikut pameran yang tempatnya jauh saya cari penginapan gratis atau murah untuk menekan biaya”, ungkap Yuni.
Di sela pameran UMKM All About Women itu Yunii melanjutkan kisahnya. “Kalau di Bandung atas bantuan Bu Uchi dari Dinas Koperasi Jabar Saya nginap di Balatkop. Kalau di Jakarta saya mencari rumah teman atau saudara yang dekat dengan lokasi pameran. Kalau tidak ada, saya dan teman-teman mencari penginapan murah. Kalau tidak terjangkau dengan kocek saya, saya tidur di mana saja di mobil, masjid atau di tenan pameran”.
Seperti mengikuti pameran yang diadakan PPUMI di Gedung Danaphala ini. Dari Kampungnya yang jauh di selatan Sukabumi, tepatnya Kampung Pasir Pogor , Waluran Kabupaten Sukabumi, Ambu Yuni berangkat jam 10 pagi. Istirahat dan berkoordinasi dengan teman-teman pelaku UMKM lainnya, pukul 22.00 bergerak ke Jakarta dan sampai pukul 01.00 WIB belum menemukan tempat menginap, ia dan kawan -kawan pun tidur di mobil berdesakan di antara tumpukan produk.
Hal itu menurut Yuni sudah biasa. Segala lelah Yuni mengaku ikhlas walaupun ikut sedih bila ada produk temannya dari daerah lain bersisa.
“Namanya juga usaha, semuanya berproses, berlelah-lelah dan berjuang dulu . Tidak ujug-ujug sukses”, itu kata-kata mentor yang selalu diingat Yuni
“Alhamdulillah produk saya terjual di pameran PPUMI. Meski ada produk teman saya tidak habis semua, itu sudah biasa. Karena keuntungan dan rezeki tidak mesti dari uang. Silaturahmi itu rezeki yang melebihi uang. Saya senang bisa bertemu dengan teman-teman seluruh Infonesia”, ujarnya optimis.
“Saya belajar menjadi baik dari kurang baik. Dan menjadi lebih baik setelah baik”, tegasnya berfalsafah.
Ditemui di hari terakhir pameran, Yuni nampak tengah bersiap-siap kembali ke kampungnya Waluran, daerah pantai yang indah kawasan Geopark Ciletuh Pelabuhan Ratu Sukabumi.
Begitulah kisah Yuni, anggota PPUMI dari Kabupaten Sukabumi membawa produk keripik beras hitamnya yang bermerk “My Katresna” ke ajang pameran UMKM All About Women yang diselenggarakan DPP PPUMI di Gedung Dhanapala Kemenkeu RI di Jakarta.
Masing-masing peserta dari daerah Jawa Barat tentu punya kisah tersendiri tapi luput dari sorotan media.
Benar seperti yang diungkapkan Munifah Syanwani, Ketua Umum PPUMI, “Perempuan itu mahluk yang hebat, kuat dan mandiri. Ditinggal mati suami, diselingkuhi suami, di dalam kesulitan ekonomi, perempuan mampu menjadi pelaku usaha yang tahan banting, tangguh dan mandiri mencari cuan untuk kesejahteraan keluarganya. Tak heran jika banyak perempuan sukses bahkan lebih sukses dari suaminya”.