Sobat pernah dengar tidak saat seseorang mengatakan kata-kata yang mengandung huruf ‘R’ tapi malah terdengar ‘L’, seperti ‘berenang’ jadi ‘belenang’? Di Indonesia, kita biasa menyebutnya dengan cadel. Dalam KBBI, cadel berarti pengucapan kata-kata yang kurang sempurna sehingga bunyi ‘R’ dilafalkan menjadi ‘L’.
Semua orang pasti pernah mengalami cadel di masa anak-anak karena otot lidah yang masih berkembang. Umumnya anak sudah bisa berbicara dengan jelas saat menginjak usia 7 tahun. Jika anak masih cadel di usia tersebut, sebaiknya orang tua mencoba untuk segera mengatasinya, karena jika tidak segera ditangani, cadel ini akan berlanjut hingga sang anak beranjak dewasa yang dikhawatirkan dapat memengaruhi kepercayaan dirinya dan berdampak pada kehidupan sosialnya secara menyeluruh.
Penyebab cadel sendiri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu psikis dan fisiologis. Penyebab psikis dapat berupa pengaruh lingkungan, seperti mengajak anak bicara dengan bahasa yang dicadel-cadelkan ataupun membiasakan anak menggunakan dot atau empeng yang bisa membuat lidahnya terbiasa terdorong ke depan dan berada di antara giginya sehingga bisa membuat anak tidak bisa mengucapkan huruf S dan Z dengan jelas.
Adapun ankyloglossia disebut-sebut oleh para ahli sebagai salah satu penyebab fisiologis anak menjadi cadel. Ankyloglossia atau disebut juga Tongue-tie, merupakan perbedaan panjang dan pendek frenulum lingue. Frenulum lingue merupakan jaringan yang berada di bawah lidah dan menghubungkan antara dasar mulut dan lidah. Perbedaan panjang inilah yang menyebabkan lidah sulit bergetar saat melafalkan huruf-huruf tertentu dan kemudian terdengar cadel ditelinga kita.
Beberapa cara untuk mengatasi cadel di antaranya yaitu.
1. Mintalah anggota keluarga lain untuk tidak berbicara dengan bahasa yang dicadel-cadelkan kepada anak.
2. Bantu anak mengoreksi setiap kata yang salah pengucapannya. Misalnya membuatnya mengucapkan keinginannya dengan jelas sebelum menurutinya. Contoh, saat anak berkata “sarapan” menjadi “salapang”, coba katakan “Adik mau sarapan ya?”. Hal yang juga perlu diingat adalah menegur secara langsung kadang membuat anak menjadi sensitif, jadi gunakanlah kata-kata dengan bijak.
3. Latihlah anak mengucapkan kata dengan benar setiap hari dengan melakukan aktivitas menyenangkan seperti mendongeng atau menceritakan pengalaman sambil bersantai di ruang keluarga.
4. Berikan pujian setiap kali anak berhasil mengucapkan satu atau dua kata dengan benar.
5. Biasakan anak minum dengan sedotan. Gerakan menghisap dengan sedotan ini bisa melatih kekuatan motorik mulut.
6. Latih posisi lidah dan mulut anak saat mengucapkan huruf-huruf yang sulit ia ucapkan dengan benar di depan cermin.
7. Ajak anak melakukan permainan yang bisa melatih kekuatan motorik mulutnya seperti meniup trompet atau gelembung air sabun.
Selama proses mengatasi cadel tersebut, usahakan untuk tidak merendahkan kecadelan anak, terutama membuatnya menjadi bahan lucu-lucuan. Kembangkan rasa percaya dirinya agar ia tidak tumbuh menjadi anak yang minder.
Lalu bagaimana jika penderitanya sudah memasuki usia dewasa?
Masih harus dilihat pada penyebab cadel itu sendiri. Jika penyebabnya adalah faktor psikis atau lingkungan, maka teruslah berlatih untuk melafalkan kata-kata yang dianggap sulit tanpa rasa malu, karena biasanya orang cadel justru malah menghindari kata-kata yang sulit diucapkan karena tidak percaya diri sehingga otot lidahnya pun menjadi tidak terlatih. Sedangkan jika memang kecadelan yang dideritanya merupakan faktor fisiologis seperti tongue-tie, berkonsultasilah pada dokter tentang penanganan medis yang bisa dilakukan berupa operasi frenuloplasty.
(Dari berbagai sumber)