Setelah lebih dari satu dekade tidak digelar, Pasar Seni Institut Teknologi Bandung (ITB) akhirnya kembali hadir dan sukses menarik perhatian publik.
Acara besar yang digelar di Kampus ITB Ganesha, Bandung, pada 18–19 Oktober 2025 ini menjadi momen bersejarah bagi dunia seni dan budaya tanah air.
Dari Tradisi Menuju Regenerasi, Pasar Seni ITB bukanlah festival baru. Pertama kali diadakan pada tahun 1972, acara ini selalu dikenal sebagai ajang pertemuan antara seniman, mahasiswa, dan masyarakat.
Namun, setelah edisi terakhir pada 2014, kegiatan ini sempat berhenti karena sejumlah faktor, mulai dari penyesuaian regulasi hingga pandemi.
Tahun 2025 menjadi titik kebangkitan. Melalui kerja keras mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB bersama berbagai pihak, festival ini kembali digelar dengan semangat baru — membawa pesan bahwa seni selalu menemukan jalannya untuk tumbuh.

Tema: “Setakat Lekat – Laku, Temu, Laju”
Edisi 2025 mengusung tema “Setakat Lekat – Laku, Temu, Laju” yang menggambarkan bagaimana seni bisa menjadi pengikat antara manusia, ruang, dan lingkungan.
Tak hanya menampilkan karya estetis, panitia juga menyisipkan kampanye berkelanjutan bertajuk “Telusur”, yang mengajak pengunjung memahami pentingnya hubungan harmonis antara kreativitas dan alam.
Melalui tema ini, Pasar Seni ITB bukan sekadar ajang pamer karya, tetapi juga wadah refleksi sosial tempat di mana seni, inovasi, dan kesadaran lingkungan berpadu.
Rangkaian Acara yang Meriah menjelang puncak acara, publik disambut dengan berbagai kegiatan pemanasan seperti parade “Tapak Meriah” di area Car Free Day Dago serta pameran “Kilas Balik Lima Dekade Pasar Seni ITB” di Galeri Soemardja.
Puncak acara di kampus Ganesha menghadirkan ratusan stan seni, instalasi visual, pertunjukan musik, teater, hingga bazar produk kreatif. Ribuan pengunjung dari berbagai daerah memadati kawasan kampus, menciptakan suasana hidup dan penuh warna khas Bandung sebagai kota kreatif.
Antusiasme dan Makna Kembalinya Pasar Seni, bagi banyak orang, kembalinya Pasar Seni ITB bukan hanya nostalgia, tetapi juga simbol kembalinya ruang ekspresi publik setelah sekian lama vakum.
Para pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan seniman, mengenal ide di balik setiap karya, serta menikmati keberagaman medium seni yang dipamerkan.
Selain memberi ruang apresiasi bagi mahasiswa dan seniman muda, festival ini juga berdampak positif pada ekonomi kreatif lokal.

Banyak pelaku usaha kecil, perajin, dan komunitas turut meramaikan acara, membuktikan bahwa seni dapat menjadi jembatan antara ekspresi dan pemberdayaan.
Harapan untuk Tahun-Tahun Mendatang, melihat antusiasme yang luar biasa, masyarakat berharap agar Pasar Seni ITB tidak lagi berhenti lama seperti sebelumnya.
Dengan manajemen yang terus diperbaiki dan dukungan berbagai pihak, acara ini berpotensi menjadi agenda seni rutin nasional yang menumbuhkan semangat kolaborasi antar generasi.
Lebih dari sekadar pameran, Pasar Seni ITB 2025 menjadi bukti bahwa seni selalu hidup di tengah masyarakat yang menghargai kreativitas, keberagaman, dan kerja bersama.
⸻
Lulu Raudatul Aisi – DKV Universitas Pasundan
Dari berbagai sumber






