BANDUNG – Estafet kepemimpinan Paguyuban Warga Karangrena (Pawaka) Bandung 1973, kini ditangan Supriyanto, menggantikan Suharyono Cokro Wardoyo, Ketua periode 2020 – 2025. Pelantikan Ketua terpilih dan pengurus periode 2025 – 2030, digelar bersamaan dengan perayaan Milad ke 52 Pawaka Bandung 1973, di Kawasan Wisata Kampung Bambu Cimenyan Bandung, Minggu 12/01/25. Paguyuban Warga Karangrena telah dibentuk akhir tahun 60an, di desa Karangrena, salah satu desa di Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap – Jawa Tengah. Di Bandung, menjelma menjadi Pawaka 1973, karena didirikan pada 1973.
Usai pelantikan pengurus, dilanjutkan serah terima jabatan Ketua, ditandai dengan pengalungan bunga melati dari ketua lama ke ketua baru, serta penyerahan dokumen kepengurusan periode sebelumnya. Ketua Pawaka Pusat juga sekaligus membacakan Ikrar atau Janji Pengurus Baru, yang di ikuti oleh seluruh pengurus .
Suharyono Ketua Pawaka Bandung 1973 periode 2020 – 2025 dalam sambutannya mengajak terus bisa menjalin hubungan yang baik sesama keluarga besar Pawaka, meningkatkan tali silaturahmi, mengedepankan jiwa gotong royong dan keguyubrukun-an. Ia juga berpesan kepada kepengurusan baru, agar bisa meneruskan program-program kerja yang selama ini sudah berjalan baik, agar bisa lebih semakin baik. Tak lupa ia-pun memohon maaf atas adanya kekurangan atau kesalahan saat memimpin pawaka pada periode sebelumnya.
Sementara, usai pelantikan, Supriyanto Ketua Periode 2025 – 2030 sampaikan sambutan pertama kalinya di depan seluruh warga paguyuban yang hadir. Dalam sambutannya ia mengajak seluruh anggota untuk bersama sama membangun paguyuban dengan pondasi kuat yang telah mengakar karena kerukuran, dan kegotongroyongan. “Khususnya kepada kawula muda generasi penerus warga Karangrena yang ada di Bandunga, mari Bersama aktif dalam paguyuban yang telah dirintis dan dirikan bersusah payah oleh pendahulu sebagai organisasi yang kini tetap solid,” ujarnya.
Diakhir sambutannya, Supriyanto sampaikan terimakasih kepada anggota dan pengurus yang telah menitipkan amanah kepadanya, dengan meninggalkan program kerja yang siap diteruskan dan disempurnakan pada masa kepemimpinannya.
Seremoni pelantikan pengurus berlangsung khidmad dan mendapat perhatian keluarga besar Pawaka, paguyuban lain yang turut diundang. Tetamu menyaksikan langsung kirab ‘pasukan belia’ yang terdiri dari anak dan cucu warga Karangrena perantauan disusul para ibu, diiringi musik gending / Lagu Pawaka Bandung 1973, dilanjutkan dengan aneka hiburan seni tradisional serta dipuncaki dengan rangkaian potong tumpeng Milad ke 52.
Proses Pemilu Ketua & Tentang Pawaka Bandung 1973
Seperti halnya tradisi sebelumnya, proses pemilihan Ketua Pawaka Bandung 1973 dilakukan layaknya tahapan dalam Pemilu di Indonesia. Kendati ada beberapa perbedaan, hal pasti, Pawaka menjunjung tinggi proses demokrasi. Proses pemilihan selama sebulan pada Desember 2024, berakhir dengan proses penghitungan suara pada tanggal 25 Desember . Sebelumnya, pemilihan dengan cara dor to dor atau anggota memilih langsung di rumahnya masing – masing pada kertas suara yang dibagikan panitia, yang telah di antarkan oleh para petugas Korwil. Jika pada Pemilu 5 tahun lalu, satu KK (Kepala Keluarga) hanya mendapatkan satu kertas suara, pada periode ini, 1 KK bisa mendapatkan 3 lebih, tergantung dari jumlah anggota keluarga yang sudah berumur lebih dari 17 tahun. Dengan system kuota pemilih yang bertambah itu, jumlah pemilih saat ini juga naik hampir 150%. Tahun 2020 silam hanya 297 surat suara pemilih, saat ini 702 pemilh. Hasil penghitungan, Calon Nomor urut 1 Tasno beroleh 219 suara, Nomor urut 2 Sukarmo 182 suara dan Nomor urut 3, Supriyanto mendapatkan 296 suara. Suara tidak sah berjumlah 5 surat suara.
Tahun ini usia Pawaka masuki 52, sejak dideklarasikan 1973 silam. Paguyuban Warga Karangrena, sesungguhnya telah dibentuk pada jelang akhir tahun 60an, di desa Karangrena, salah satu desa di Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap – Jawa Tengah. Beberapa tokoh dan tetua desa, pula warga setempat bersepakat menjadikan paguyuban tersebut sebagai sarana untuk mempererat silaturahmi dan sarana komunikasi bersama.
Ketika awal tahun 70an beberapa warga Karangrena (ada yang telah berkeluarga dan beberapa diantaranya masih bujang) merantau ke Bandung, mereka bersepakat untuk tetap menjalin silaturahmi sesama warga perantau desa setempat, dengan mendeklarasikan PAWAKA Bandung. Peristiwa ini tercatat pada tahun 1973. Dari beberapa perantau ini (kurang dari 10 orang dari beberapa keluarga), lama kelamaan menjadi bertambah anggotanya, hingga mencapai ratusan bahkan kini capai ribuan orang. [gpwk]