Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) menggunakan 43 bahasa daerah untuk mengedukasi warga di pedesaan terkait COVID-19. Relawan bekerja di ruang online dan offline untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
BANDUNG (VOA) — Koordinator Japelidi, Novi Kurnia, mengatakan pihaknya menggunakan bahasa daerah supaya pesan sampai ke masyarakat akar rumput.
“Supaya nyaman, supaya mudah dimengerti. Biasanya sebagian masyarakat di daerah, orang yang sudah berusia lanjut, tentu saja akan merasa lebih dekat dan akrab jika didekati dengan bahasa daerah,” jelas Novi ketika berbincang dengan VOA.
Japelidi meluncurkan kampanye digital pencegahan COVID-19 bertajuk ‘Jaga Diri Jaga Keluarga’. Isinya, lima cara pencegahan virus corona, seperti cuci tangan pakai sabun, jangan sentuh wajah, jaga jarak, pakai masker bila sakit, dan berdiam di
Upaya edukasi tersebut awalnya hanya dalam Bahasa Indonesia, ujar Novi, dan langsung disambut dengan permintaan akan bahasa daerah.
“Awalnya yang diminta adalah bahasa Sunda. Boleh nggak minta dibikinin yang Bahasa Sunda untuk poster ‘Jaga Diri Jaga Keluarga’? Karena saya mau memberikan informasi kepada orangtua yang lebih mudah didekati dengan bahasa daerah,” kisahnya.
Japelidi Beranggotakan Mayoritas Dosen di 78 Dosen Perguruan Tinggi
Jaringan ini pun -yang mayoritas anggotanya dosen di 78 perguruan tinggi di 30 kota- menerjemahkan kampanye ke dalam puluhan bahasa, mulai dari Palembang, Kupang, Bali, sampai Papua. Poster juga tersedia dalam Bahasa Mandarin.
Untuk menyebarkan konten tersebut, ujar Novi, pihaknya bekerjasama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Siberkreasi, Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI), dan komunitas “Berbeda Itu Biasa.”
Relawan Turun untuk Edukasi Offline 30 Kota
Warganet pun menyambut dengan antusias. Bahkan, tambah Novi, banyak yang berinisiatif mencetak poster edukatif itu sebagai selebaran dan spanduk, untuk dibagikan ke masyarakat umum.
“Yang luar biasa malah sambutan masyarakat yang mereka berpartisipasi, tanpa diminta, dan bahkan kreatif untuk menciptakan produk-produk baru dari konten yang sudah kita bikin,” jelas dosen di Ilmu Komunikasi FISIPOL UGM ini.
Novi menjelaskan, para relawan menyapa warga di jalanan seraya membagikan sabun cuci tangan dan hand sanitizers. Mereka turun di setidaknya 30 kota, seperti Samarinda, Timika, dan Semarang.
“Sekaligus untuk menjawab tantangan tidak semua lapisan masyarakat dekat dengan media digital,” tambahnya.
Koordinator Kampanye, Lestari Nurhajati, mengatakan kampanye kesehatan perlu dilakukan juga melalui tatap muka.
“Menurut saya masih banyak ruang yang belum terjangkau, padahal isu pandemi ini sangat mendesak,” ujar dosen LSPR Jakarta ini.
Selain ‘Jaga Diri Jaga Keluarga’ Japelidi juga merilis sejumlah poster dan video edukasi soal privasi data pasien, tips menemani anak belajar di rumah, serta sumber informasi terpercaya tentang COVID-19.
Japelidi akan terus menambah bahasa daerah sesuai permintaan masyarakat. [rt/em]
Sumber : VOA Indonesia