Hallo sobat harmoni pada taukan tanggal 11 November merupakan Hari Bangunan Indonesia. 11 November dapat dipahami sebagai simbol yang kokoh dimana terdiri dari 4 angka satu (11-11), dimana bangunan yang kokoh setidaknya berdiri diatas 4 pilar yang kokoh tersebut.untuk memperingati Hari Bangunan Indonesia yuk sobat kenali bangunan unik dan bersejerah di kota Bandung.
1. Gedung Sate
Terletak di jalan Diponegoro No.22, Gedung Sate pada masa Pemerintahan Hindia Belanda disebut sebagai Gouvernements Bedrijven (GB). Gedung Sate berfungsi sebagai gedung pusat pemerintahan Jawa Barat. Gedung Sate menawarkan banyak benda-benda bersejarah peninggalan pemerintahan kota Bandung dan Belanda. Dibangun pada 1920, Gedung Sate memiliki sebuah tugu bertuliskan “Dalam mempertahankan Gedung Sate terhadap serangan pasukan Gurhaka tanggal 3 Desember 1945, tujuh pemuda gugur dan dikubur pihak musuh di halaman”.
2. Gedung Merdeka
Gedung Merdeka berada di Jalan Asia Afrika No. 65, Kota Bandung. Gedung ini dulunya adalah sebuah toko yang dimiliki warga keturunan Tionghoa. Toko ini pun dibeli dan diperluas bangunannya pada tahun 1895. Bangunan ini direnovasi secara besar-besaran pada tahun 1921 oleh arsitek Van Gallen Las dan C.P. Wolff Schoemaker dengan menggunakan gaya art deco.
Pada masanya, gedung ini menjadi gedung pertemuan ”super club” yang paling mewah, lengkap, eksklusif, dan modern serta dapat menampung hingga 1.200 tamu. Gedung baru dibangun pada tahun 1940 di sisi timur bangunan lama oleh arsitek Ir. A.F. Aalbers. Pada masa pendudukan Jepang, gedung ini menjadi pusat kebudayaan (Keimin Bunka Shidoso) dan tempat pertemuan (Dai Toa Kaikan). Gedung ini menjadi markas pemuda Indonesia untuk menghadapi tentara Jepang yang tidak bersedia menyerahkan kekuasaannya setelah Jepang kalah dari Sekutu. Setelah Indonesia merdeka, gedung ini dipergunakan lagi sebagai gedung pertemuan umum. Gedung ini berpindah tangan ke Pemerintah Indonesia menjelang Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955.
3. Museum Konferensi Asia-Afrika
Sejarah Museum Asia Afrika di bandung tidak terlepas dari gagasan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S. H., LL.M. Beliau menyatakan gagasan tersebut karena terilhami oleh keinginan untuk mengabadikan Konferensi Asia Afrika 1955 yang merupakan tonggak terbesar keberhasilan politik luar negeri Indonesia. Gagasan tersebut memperoleh sambutan baik, utamanya dari Presiden Soeharto.
Panitia Peringatan 25 Tahun Konferensi Asia Afrika pun mewujudkan gagasan tersebut. Ketua Harian Panitia Peringatan 25 Tahun Konferensi Asia Afrika (Joop Ave), Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler Departemen Luar Negeri, Departemen Penerangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Jawa Barat, dan Universitas Padjajaran bekerjasama mewujudkan pendirian museum tersebut. PT Decenta merupakan pihak yang berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan teknis pendirian museum. Museum Konferensi Asia Afrika diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 24 April 1980.
4. Gedung Kologdam
Gedung Kologdam didirikan pada tahun 1920 dan dimanfaatkan sebagai gedung utama Jaarbeurs de Bandung (pameran dagang tahunan). Pameran dagang diadakan pertama kali pada tanggal 20 Mei – 3 Juni 1920 dan dilanjutkan secara rutin setiap bulan Juni dan Juli. Selain itu, konferensi dan pameran dari berbagai industri di Priangan dan sekitarnya juga dilaksanakan di kompleks ini.
Gedung Kologdam dirancang oleh arsitek ternama Hindia Belanda, yaitu Wolff Schoemaker. Beliau menggunakan gaya art deco dan dipengaruhi oleh gaya arsitek Frank Lloyd Wright. Gedung Kologdam berbentuk salib dengan tiga patung manusia menghiasi fasade bangunan dengan desain yang dipengaruhi Mazhab Amsterdam. Kompleks bangunan dan paviliunnya sekarang dimanfaatkan menjadi Markas Komando Pendidikan dan Pelatihan Komando Daerah Militer III/Siliwangi.
Seperti yang diketahui, Festival Braga merupakan pameran budaya tertua di Bandung yang memperkenalkan banyak sekali kesenian. Sebagai informasi, festival ini sudah 201 kali gelar, lho!
5. Gedung Pakuan
Gedung Pakuan dibangun berdasarkan perintah Gubernur Jenderal Ch.F. Pahud. Hal ini disebabkan karena pemindahan ibukota Karesidenan Priangan dari Cianjur ke Bandung. Pemindahan tersebut baru dapat terlaksana oleh Residen Van der Moore pada tahun 1864. Gedung Pakuan dirancang oleh Insinyur Kepala dari Departement van Burgerlijke Openbare Werken (B.O.W) yang menjadi staf dari Residen Van der Moore. Gedung ini sejak zaman Hindia Belanda telah menjadi tempat persinggahan orang penting, tamu resmi, dan tokoh dunia. Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, gedung ini adalah rumah kediaman resmi Residen Priangan. Saat ini, Gedung Pakuan dijadikan rumah dinas sebagai tempat kediaman resmi Gubernur Kepala Daerah Provinsi Jawa Barat.
6. Gedung Indonesia Menggugat
Gedung Indonesia Menggugat berada di Jl. Perintis Kemerdekaan No. 5, Kota Bandung. Nama gedung diambil dari judul pidato pembelaan yang dibuat oleh Soekarno, yaitu Indonesia Menggugat (Indonesie Klaagt Aan). Beliau membacakannya sendiri di salah satu ruang di Gedung Indonesia Mengguat pada sidang pengadilan kasus politiknya tahun 1930.
Di rumah inilah, puluhan tahun yang lalu, Presiden Soekarno memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Soekarno membacakan pidato pembelaan untuk tiga rekannya, Gatot Mangkupraja, Maskun, dan Supriadinata yang tergabung dalam Perserikatan Nasional Indonesia (PNI) dituduh hendak menggulingkan kekuasaan Hindia Belanda. Pidato tersebut kemudian dianggap sebagai salah satu momen penting penentang kolonialisme di Indonesia.
7. Masjid Raya Bandung
Masjid Raya Bandung berstatus sebagai masjid Provinsi bagi Jawa Barat. Masjid Raya Bandung dibangun pada tahun 1810 dan telah mengalami 8 kali perombakan pada abada ke-19, 5 kali pada abad ke-20, hingga akhirnya direnovasi pada tahun 2001.
Masjid ini diresmikan pada 4 Juni 2003 oleh Gubernur Jawa Barat, yaitu H.R. Nuriana. Proses pembangunan dan penataan ulang kawasan alun-alun dan Masjid Raya Bandung dinyatakan selesai pada tanggal 13 Januari 2004. Hal ini bersamaan dengan pergantian nama dari Masjid Agung Bandung menjadi Masjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat.
8. Bidakara Hotel
Bangunan bergaya art deco ini menjadi hotel di mana para anggota Konferensi Akbar Asia-Afrika bermalam. Nama-nama pemimpin seperti Ir Soekarno, Ho Chi Minh da Tito beristirahat di sini sebelum mengikuti konferensi yang digelar pada 1955 ini. Sebelumnya, hotel ini sempat dijadikan barak mewah para prajurit Jepang pada masa penjajahan.
9. Villa Isola Bandung
Villa Isola Bandung merupakan villa yang berlokasi di kawasan pinggiran utara Kota Bandung. Saat ini, gedung ini digunakan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Bangunan ini juga menggunakan gaya arsitektur art deco.
Villa ini dibangun pada tahun 1933 oleh seorang hartawan Belanda bernama Dominique Willem Berretty atas rancangan Charles Prosper Wolff Schoemaker. Bangunan mewah ini dijadikan rumah tinggal hingga akhirnya dijual dan menjadi bagian dari Hotel Savoy Homann. Hingga akhirnya, saat ini dijadikan Gedung UPI untuk kantor rektorat.
10. Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat (Monju)
Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat adalah Museum Sejarah Perjuangan Rakyat Jawa Barat yang disahkan oleh Gubernur Jawa Barat (R. Nana Nuriana) pada 23 Agustus 1995. Lokasi monument ini berhadapan dengan Gedung Sate dan di depan Universitas Padjadjaran. Monju berbentuk memiliki model bangunan berbentuk bambu runcing yang berpadu dengan gaya arsitektur modern.
Monumen ini memiliki 7 buah diorama pada ruang pameran tetap, relief yang menceritakan sejarah perjuangan rakyat Jawa Barat dari masa kerjaan hingga mempertahankan kemerdekaan, ruang perpustakaan, dan ruang audiovisual. Monju juga dilengkapi dengan halaman yang luas, mushola, dan toilet yang nyaman untuk pengunjung.
11. Monumen Bandung Lautan Api
Monumen Bandung Lautan Api dibangun untuk mengenang Peristiwa Bandung Lautan Api yang terjadi pada tanggal 23 Maret 1946. Peristiwa ini berawal dari ultimatum tentara sekutu agar Tentara Republik Indonesia (TRI sekarang TNI) meninggalkan kota Bandung. Selain itu, mereka juga menginginkan agar semua warga Bandung di luar TNI dan BKR menyerahkan senjata. Warga Bandung menganggap hal ini sebagai tindakan menyerah tanpa syarat.
A.H. Nasution, Komandan Divisi III Siliwangi, mengobarkan semangat perjuangan dengan membumihanguskan Bandung Selatan. Seluruh warga Bandung Selatan pun ikut membakar wilayah mereka dan berbondong-bondong meninggalkan Bandung. Proses pembakaran ini disertai dengan pertempuran yang cukup dahsyat, terutama di daerah Dayeuhkolot. Pada peristiwa ini, dua pejuang tewas saat meledakkan gudang amunisi, yaitu Moh. Toha dan Moh. Ramdan. Nama keduanya diabadikan sebagai nama jalan disekitaran Tegal Lega, Bandung.
12. Museum Mandala Wangsit Siliwangi
Lokasinya ada di jalan Lembong 38. Bangunan Bersejarah di Bandung selanjutnya Museum Mandala Wangsit Siliwangi yang dibangun pada masa penjajahan Belanda antara tahun 1910-1915. Bangunan ini memiliki gaya arsitektur Romantisisme dan digunakan sebagai tempat tinggal pawa perwira Belanda. Selanjutnya bangunan ini digunakan markas untuk bersembunyi dari pihak Jepang saat Jepang menduduki Indonesia pada tahun 1942. Bangunan ini kemudian diambil alih oleh Pasukan Siliwangi dan digunakan sebagai markas Divisi Siliwangi (Akademi Militer Bandung) setelah kemerdekaan, yaitu pada tahun 1949-1950.
13. Stasiun Bandung
Ide awal pendirian Stasiun Bandung terkait dengan pembukaan perkebunan di Bandung tahun 1870. Stasiun Bandung diresmikan pada 17 Mei 1884 pada masa pemerintahan Bupati Koesoemadilaga. Pada 6 April 1925, sebuah monument diresmikan di depan pintu selatan stasiun bernama Monumen Purwa Aswa Purba. Monumen ini adalah hasil rancangan arsitek Ir. E.H de Roo untuk memperingati 50 tahun Staatsspoorwegen (SS) berkarya di Tanah Jawa. Monumen ini merupakan hadiah dari Walikota Bandung kepada SS atas jasanya yang berhasil mempersatukan Pulau Jawa dengan kereta api.
Selanjutnya, Ir. E.H de Roo juga mengganti arsitektur Stasiun Bandung. Salah satunya adalah adanya hiasan kaca patri pada peron bagian selatan yang bergaya art deco. Surat kabar Belanda, Javabode, menuliskan bahwa masyarakat sekitar merayakannya selama 2 hari berturut-turut saat peresmian Stasiun Bandung. Peron utara akhirnya dibangun dan dijadikan bagian depan stasiun di Jalan Kebon Kawung pada tahun 1990.
Inilah penjelasan mengenai bangunan bersejarah di Bandung. Semoga dapat menambah wawasan sobat yah . Semoga bermanfaat.
(Dari Berbagai Sumber)