Hai Sobat Harmoni, Sebagai orangtua pasti ingin mepunyai anak yang penurut dan disiplin. Disiplin berarti anak memiliki tanggung jawab dengan apa yang dia lakukan, dan mampu mengikuti apa yang kita katakan dengan baik tapi, mengajarkan disiplin pada anak bukan perkara gampang. Orangtua harus punya jurus-jurus jitu agar anak dengan mudah belajar apa yang dimaksud dengan disiplin karena boleh jadi, anak tidak disiplin bukan karena anak membantah, tetapi karena anak tidak paham apa itu disiplin yang dimaksud orangtuanya.
Mengajari anak disiplin adalah suatu hal yang harus dilakukan oleh seorang ibu sejak usia dini. Hal ini karena kecenderungan seorang anak yang mengganggu, merusak, susah diatur, dan tidak dapat mengendalikan apa yang mereka katakan atau lakukan. Ini semua membutuhkan pengendalian diri atau disiplin diri yang harus dimulai sedini mungkin. Karena apabila terlambat atau terlalu lama untuk mengajarinya, akan susah untuk diubah atau diperbaiki.
Disiplin
Sebagai Bentuk Pengajaran Bukan Hukuman
Si Kecil berada pada tahap belajar tentang bagaimana interaksi dengan orang
lain dan bagaimana ia bisa merasa tetap aman. Ibu sebagai guru utama si Kecil,
sebaiknya mengajari pengembangan diri si Kecil dengan konsisten, sabar dan
bertahap. Jangan jadikan kedisiplinan sebagai bentuk hukuman bagi si Kecil.
Mengajarkan Disiplin sebenarnya merupakan pendidikan yang panjang dan tidak sekali jadi. Perlu kerja keras juga dari sisi orangtua yang mengajarkan disiplin. Seringkali orang tua menjadikan disiplin sebagai hukuman, namun asal kata disiplin adalah untuk mengajari. Ketika anak tidak disiplin, seringkali yang disalahkan adalah anaknya, sementara orangtua tidak mau mengkoreksi diri, apakah orangtuasalah mengajarkan disiplin tersebut atau tidak. Intinya disiplin adalah kerja keras antara anak dan orangtua.
Pentingnya kedisiplinan hidup harus dimengerti oleh semua orang terutama seorang ibu yang akan memiliki anak. Orang yang memiliki sifat disiplin akan lebih dihargai oleh orang lain. Akibatnya, hidup yang akan ia jalani menjadi lebih mudah dan sedikit tekanan. Karena ia bisa untuk mengendalikan emosi apabila tengah menghadapi suatu cobaan. Cara yang ditempuh setiap orangtua pun berbeda-beda. Ada yang lebih sabar, tapi ada pula yang cenderung marah-marah atau bahkan melibatkan kekerasan seperti menjewer, memukul, atau membentak.
Awal
dari Disiplin
Hal di bawah ini penting untuk Ibu ketahui saat menjalankan program disiplin
bagi si Kecil:
– Tiap anak memiliki karakteristik berbeda dan tiap keluarga memiliki kebiasaan
berbeda. Namun ada peraturan umum yang berlaku bagi siapa saja.
– Disiplin tidak akan efektif bila Ibu terlalu permisif atau tidak mengenal
kompromi. Kedua kubu ekstrim disiplin ini bisa membuat si Kecil merasa tidak
disayang orang tua.
– Tugas Ibu adalah mengajari batasan bagi si Kecil, karena di usianya ia belum
bisa mengendalikan diri sepenuhnya.
– Koreksi dan penghargaan akan lebih baik bagi si Kecil dibandingkan hukuman.
– Biarkan si Kecil melakukan kesalahan agar ia bisa belajar dari kesalahannya.
Salah dalam memilih cara mengajarkan disiplin pada anak yang keliru malah bisa membuat anak semakin membangkang dan kabur dari tanggung jawab. Daripada pakai kekerasan yang membuang-buang energi, lebih baik pakai cara yang lebih halus, tapi fokus dan ampuh mendisiplinkan anak. Bagaimana caranya? Ini beberapa cara mendisiplinkan anak :
Orangtua harus tegas
Salah satu kelemahan orangtua yang paling sering adalah kurang tegasnya orangtua. Namanya orangtua, ketika melihat anaknya merengek atau menangis, terkadang merasa tidak tega, sehingga yang awalnya tegas, menjadi lunak. Ketidak tegasan orangtua dapat dijadikan senjata bagi anak untuk merusak aturan yang telah ditetapkan. Anak akan merasa bahwa orangtuanya dapat dilunakkan dengan tangisannya, dan rengekannya. Sekali saja orangtua berperilaku tidak tegas, maka rusaklah pendidikan disiplin yang dilakukan.
Buat
Table Waktu
Tulis atau gambarkan jadwal harian anak.
Misalnya pukul 06.00 bangun pagi, pukul 06.30 mandi, 07.00 sarapan, 07.30
berangkat ke sekolah, 12.30 pulang sekolah, 13.00 makan siang, 13.30-15.00
tidur siang, 15.30 mandi sore, 15.30-16.00 membuat PR, 16.00-17.30 bermain di
luar, 18.00 makan malam, 19.00 bermain dengan Ayah dan Bunda, dan pukul 20.00
tidur. Tujuan dari membuat tabel waktu
ini adalah agar anak dapat belajar mengatur waktu dan lebih disiplin dalam
beraktivitas.
Konsisten
Kadang boleh, kadang tidak boleh.
Ketidakkonsistenan seperti ini justru membuat anak bingung dan marah. Apabila
orang tua telah menetapkan aturan, maka aturan tersebut harus berlaku
seterusnya. Orangtua harus sepakat untuk menerapkan aturan yang sama. Dengan
penerapan aturan yang konsisten, anak paham perilaku seperti apa yang
diharapkan oleh orang tua.
Beri
Informasi Anak Bagaimana Perilaku yang Benar
Anak-anak bisa saja melakukan kesalahan.
Misalnya, dia ingin meminjam mainan temannya tapi nggak dikasih. Alhasil, anak
mendorong si teman. Orang tua perlu mengatakan ke anak perilaku itu tidak boleh
dilakukan dan beri solusinya.
Misalnya kita bilang ke anak, “Kak, kalau
mau pinjam mainan bilang ke teman ‘Aku pinjam ya mainannya.'”
Beri Aturan
dan Konsekuensi
Ada aturan sudah pasti perlu konsekuensi.
Misalnya ketika anak nggak melakukan tugas membereskan kamar sesuai yang telah
disepakati. Apalagi orangtua sudah mengingatkan beberapa kali. Karena ada
aturan yang dilanggar maka anak mendapat konsekuensi yakni kehilangan waktunya
menonton TV misalnya. Ketika aturan dan
konsekuensi dibuat dengan jelas, spesifik dan logis, anak akan belajar
mendisiplinkan dan mengatur tindakannya.
Tunjukkan
Rasa Sayang dan Menghargai
Bagaimana orang tua ingin diperlakukan oleh
anak, maka seperti itu pulalah cara yang harus ditunjukkan ke anak. Bila anak
melakukan tindakan yang kurang baik, katakan pada anak perilaku tersebut nggak
baik. “Misalnya tidak boleh memukul
karena akan menyakiti orang lain, tidak boleh berkata kasar karena akan melukai
perasaan orang lain. Walau demikian, tunjukkan pada anak bahwa kita tetap
menyayangi dan menghargainya. Dengarkan pendapatnya kemudian jelaskan tingkah
laku yang benar seperti apa disertai alasannya,”
Minta anak untuk selalu membereskan mainan yang ia gunakan setelah bermain untuk belajar disiplin.
Beri
Penghargaan
Bila anak menunjukkan perilaku baik termasuk
disiplin, jangan lupa beri mereka apresiasi. Apresiasi untuk anak nggak melulu
harus berupa barang kok. Dengan dipuji setelah berperilaku baik aja anak-anak
sudah happy.
Membuat Aturan dengan Jelas
Buatlah peraturan yang jelas saat berusaha mengajarkan disiplin pada anak. Saat si kecil melakukan kesalahan, Sobat bisa langsung memperingatkannya. Beda halnya jika tidak ada peraturan jelas, anak tidak akan mengetahui hal-hal keliru yang dilakukannya.
Menunjukkan Sikap Positif
Sobat, ingatlah bahwa mengkritik anak adalah kegiatan yang akan membuang-buang waktu. Sebab, hal tersebut dapat membuat kepercayaan diri mereka menjadi luntur. Sebaliknya, para orang tua bisa memberikan pujian dan menunjukkan sikap positif saat mereka melakukan sesuatu.
Berani Mengatakan Tidak
Sebagai orang tua, Sobat harus konsisten saat mengajarkan disiplin pada anak. Mungkin dalam suatu kondisi, anak cenderung merengek dan membuat hati Sobat luluh. Berusahalah untuk tetap berpegang pada apa yang Sobat percaya. Saat Sobat mengatakan tidak pada anak, pastikan mereka mengetahui alasannya agar mereka mengerti.
Memberi Pengertian Tentang Pentingnya Sikap Disiplin
Sebagai orang tua, Sobat perlu memberi pengertian kepada anak tentang pentingnya sikap disiplin. Jangan sampai anak merasa terpaksa dalam menjalankan segala aturan yang telah dibuat. Secara perlahan, jelaskan pentingnya sikap disiplin baik dalam kehidupan saat ini ataupun pada masa mendatang saat dewasa.
Ciptakan Lingkungan Yang Sesuai
Sekarang Sobat sudah tahu bahwa si kecil sedang mengalami rasa penasaran yang tak ada habisnya dan ingin menjelajahi semua hal baru. Nah, untuk mengawali mendidik anak, hindari berbagai godaan yang dapat membuyarkan konsentrasi anak. Ya, menciptakan lingkungan yang kondusif dan sesuai dengan keadaan si kecil adalah cara mendidik anak yang tepat.
Misalnya, hindari akses TV, handphone, tablet, atau alat elektronik lainnya yang dapat mengganggu proses pembelajaran anak balita. Proses mendidik anak terkadang terganggu dengan tampilan video yang lebih menarik bagi si kecil daripada mainan di sekitarnya. Membaca buku atau mainan lainnya, justru lebih bisa merangsang kemampuan motorik dan sesoriknya.
Buka ruang diskusi dengan anak untuk menyatakan keberatannya
Jika anak terlalu berat dengan hukuman atau aturan yang ditetapkan, orangtua harus memberikan ruang diskusi bagi anak untuk menyatakan keberatannya. Jangan abaikan hak anak untuk merasa keberatan dengan aturan yang dibuat. Ruang diskusi sebaiknya dimanfaatkan untuk membuka obrolan dengan anak, dan dengarkan alasan anak keberatan dengan aturan tersebut. Jika alasannya cukup masuk akal, tidak ada salahnya untuk sedikit mengalah. Tetapi jika alasannya hanya dibuat-buat, orang tua harus tetap tegas menolaknya dengan kalimat yang sopan.
Orangtua harus jadi teladan
Yang paling sulit bagi orangtua dalam mendidik kedisiplinan adalah menjadi contoh atau teladan bagi anaknya. Orangtua merasa bahwa dirinya boleh bertindak salah dan tidak baik, tetapi anak dituntut untuk selalu baik, sementara orangtua tidak memberikan contoh yang baik untuk anaknya. Sering kita lihat orangtua melarang anaknya merokok, sementara orangtua adalah perokok aktif. Orangtua menyuruh anaknya untuk sholat, tetapi orangtua jarang melaksanakan sholat. Orantua menyuruh anaknya untuk bangun pagi dan mandi pagi, tetapi orangtuanya bangun siang dan selalu bermalas-malasan.
Orangtua adalah contoh serhari-hari yang bisa anak tiru, maka orangtua harus menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya.
(Dari berbagai sumber)