Kalau mendengar kisah asmara tentang dokter dan tentara lalu Sobat Harmoni langsung ingat dengan SongSongCouple, berarti udah bisa dikatakan Sobat itu penikmat drama korea! Beberapa tahun belakangan ini, kebanyakan remaja khususnya perempuan lebih senang menonton drama korea. Beda lagi mungkin ya sama ibu-ibu yang masih suka sinetron. Kenapa? Karena sinetron tayang di TV, jadi ibu-ibu di rumah bisa nonton santai sambil beres-beres hihihi
Seiring berkembangnya zaman dan teknologi internet, orang-orang jadi lebih mudah mengakses tayangan luar negeri tanpa harus menunggu ditayangkan di TV. Salah satunya drama korea ini yang memang enggak ada habis-habisnya. Satu tamat, langsung muncul yang baru dan bikin penasaran. Sebenarnya saluran televisi di Indonesia juga pernah kok menayangkan drama korea. Salah satunya Boys Over Flowers. Meteor Garden versi Korea ini udah beberapa kali di putar di saluran televisi swasta. Buat Sobat Harmoni yang udah lama suka sama drama korea pasti tahu, dong? Sekarang, beberapa drama korea yang lagi populer pun ditayangkan di saluran TV. Jadi sekarang ibu-ibu yang sering di rumah pun pasti enggak cuma tahu sinetron aja, tapi drama korea juga.
Sebenarnya apa sih yang bikin drama korea lebih diminati sama orang-orang terutama remaja putri di Indonesia daripada sinetron yang kenyataannya karya bangsa sendiri? Yuk simak!
1. Jumlah episode
Hal ini yang paling membedakan antara drama dan sinetron. Umumnya, drama korea hanya terdiri dari enam belas sampai tiga puluh episode, walaupun ada yang sampai ratusan episode, tapi hanya beberapa saja. Dan entah budaya atau memang sudah menjadi aturan tetap di Indonesia hingga sebuah sinetron memiliki jumlah episode yang fantastis. Padahal jumlah episode sebanyak itu justru membuat kualitas cerita pun semakin menurun karena penonton akan merasa bosan dengan alur kisah yang berputar-putar dan pemain yang terus bertambah atau adanya pergantian pemain. Benar, kan, Sobat?
2. Judul
Dalam kamus KBBI, disebutkan bahwa judul merupakan nama yang dipakai untuk menyiratkan secara singkat keseluruhan isi atau maksud suatu cerita. Saat mendengar judul beberapa drama korea, selain menarik, judul itu juga benar-benar menggambarkan cerita yang ditayangkan. Masih berkaitan dengan jumlah episode di Indonesia yang sangat banyak, kebanyakan judul pada sinetron yang terdengar bagus sekalipun justru menjadi tidak sesuai dengan alur cerita yang dibawakan.
3. OST atau soundtrack
Jika membahas drama korea, Sobat Harmoni pasti enggak asing dong sama yang namanya soundtrack? Itu loh, lagu-lagu yang sering diperdengarkan di beberapa adegan drama dan bisa bikin kita benar-benar terbawa ke dalam cerita. Soundtrack itu sudah seperti nyawa dari sebuah drama. Setiap bait liriknya selalu sesuai dengan jalan cerita karena memang musiknya pun dibuat khusus untuk drama yang bersangkutan sehingga dengan mendengar soundtrack-nya saja, para pecinta drama korea bisa mengetahui drama apa yang sedang diputar atau mengingatkan kita dengan adegan-adegan tertentu saat lagu dimainkan. Bukan hanya pilihan lirik dan musik saja, penyanyi yang membawakan lagunnya pun dipilih dari yang terbaik, sehingga suara penyanyi dan lagu yang dibawakan bisa sangat pas dan juga khas. Bisa dibilang, drama Korea tanpa soundtrack seperti sayur tanpa garam. Berbeda dengan drama korea, sinetron indonesia memilih soundtrack berdasarkan lagu yang sedang booming di kalangan masyarakat tanpa memikirkan kecocokannya dengan adegan yang sedang ditayangkan.
4. Jalan cerita
Tema unik yang disuguhkan mulai dari dunia kedokteran, tentara, polisi, pengacara, sampai tentang pemburu hantu menjadi daya tarik tersendiri dari drama korea. Dan walaupun tema yang diangkat terkadang sama, tapi para produsen drama di sana selalu berlomba-lomba untuk membuat cerita tersebut menjadi lain daripada yang lain.
Misalnya saja drama korea yang bercerita mengenai kedokteran. Drama seperti itu sudah sangat banyak, tapi jalan cerita pada setiap drama pasti sangat jauh berbeda. Satu drama menceritkan tentang dokter gigi, sedangkan drama lain ada yang bercerita mengenai dokter kejiwaan, dokter bedah, dan sebagainya. Sedangkan alur cerita pada sinetron indonesia masih dinilai kurang bervariasi dan terkesan monoton, seperti cerita tentang manusia setengah hewan, anak yang tertukar,orang amnesia, sampai adegan karakter yang diceritakan hilang dan meninggal lalu hidup lagi atau tiba-tiba diceritakan bahwa tokoh tersebut memiliki kembaran.
5. Karakter atau pemeran
Salah satu kunci keberhasilan drama korea adalah para pemainnya yang benar-benar dicocokkan dengan karakter dalam cerita oleh penulis atau produser. Para pemain di drama korea juga harus punya kemampuan totalitas dalam mendalami peran yang akan dimainkan. Maka dari itu, jika aktris atau aktor yang telah dipilih penulis atau produser secara langsung menolak peran, barulah casting dilakukan. Intinya, pemain di drama korea itu ga cuma mengandalkan penampilan fisik ya, Sobat Harmoni, tapi kemampuan aktingnya juga harus bagus. Jadi enggak jarang, untuk mendalami suatu peran, mereka benar-benar belajar berbulan-bulan untuk dapat melakukan hal yang menjadi keahlian tokoh yang dimainkannya, karena pembawaan karakter yang kuat pasti akan lebih membuat para penonton larut dalam cerita itu sendiri. Aktris sama aktor Indonesia juga gitu sih, tapi biasanya totalitas mereka lebih menonjol dalam sebuah film. Contohnya Reza Rahadian yang memerankan tokoh Habibie, cocok banget, kan? Hal itu dikarenakan Reza sampai sempat berkunjung ke rumah almarhum Pak Habibie dan mengobrol selama berjam-jam demi bisa mendalami perannya.
6. Realistis
Kebanyakan drama korea menggambarkan kehidupan sehari-hari seseorang mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Adegan dalam drama memang butuh didramatisir agar lebih menarik, tapi bukan berarti sangat jauh dari kata realistis loh! Misalnya pada adegan malam hari saat akan tidur, pemain wanitanya masih menggunakan riasan wajah dan bulu mata palsu. Dalam drama korea, kita juga sering melihat mereka menyantap makanan khas negara mereka, sedangkan sinetron cenderung jarang menunjukkan adegan makan-makanan khas Indonesia seperti di kaki lima, melainkan makan di restoran dengan menu pasta atau sarapan roti dan susu yang sebenarnya tidak sesuai dengan budaya sesungguhnya di negara kita yang menjadikan nasi sebagai makanan pokok.
7. Properti
Dalam hal properti, pengelola pembuatan drama korea memang cukup royal mengeluarkan dana untuk memfasilitasi proyek mereka. Contohnya pada saat adegan yang berlatar tempat di rumah sakit, biasanya mereka menggunakan properti peralatan medis canggih dan ruang rumah sakit yang sangat bagus. Sedangkan properti di sinetron tampak terlalu sederhana, seperti alat bantu pernafasan, infus dan ruangan kamar yang dibuat seperti kamar rumah sakit. Bahkan saat pemerannya diceritakan sedang mengalami masa kritis, mereka hanya diinfus dan dokter muncul dengan jas rapi mengatakan dialog andalannya, “Kami sudah berusaha sebaik mungkin, sisanya kita hanya bisa berdoa, semoga pasien bisa segera sadar.”.
Bukan hanya itu, jika tema yang diangkat berkaitan dengan sejarah, drama korea benar-benar memakai tempat bersejarah sebagai lokasi syuting yang biasanya jika drama mereka sukses, tempat tersebut akan ramai dikunjungi wisatawan dari dalam dan luar negeri. Sedangkan Indonesia hanya merekayasa sebuah tempat hingga dinilai mirip dengan latar tempat yang diinginkan. Namun pastinya sesuatu yang direkayasa itu tidak akan bisa sama persis dengan apa yang ditiru sehingga cerita yang dibawakan pun kurang berkesan. Belum lagi, make up para pemerannya yang terkadang tidak sesuai dengan latar waktu. Cerita sejarah tapi wajah para pemainnya menggunakan riasan masa sekarang, besar kemungkinan para penonton malah akan terfokus pada penampilan para aktris dan aktornya, dan bukan pada jalan cerita.
Sebenarnya sinetron Indonesia saat ini dapat dikatakan mengalami kemunduran, karena dulu Indonesia masih bisa menghadirkan properti yang lebih bagus dan sungguhan. Jika saja sinetron Indonesia mau mengeluarkan modal lebih untuk sinetron seperti dulu, pasti banyak manfaat yang bisa dirasakan seperti di Korea yang menjadikan dramanya sebagai alat untuk menunjukkan tempat-tempat indah dan bersejarah di negara mereka sendiri.
Perbandingan drama dan sinetron ini bukan untuk menjatuhkan karya anak negeri, akan tetapi seharusnya bisa dijadikan bahan perbaikan terhadap kualitas seni peran di Indonesia. Jika tidak ada upaya apapun untuk mengembangkannya, bisa-bisa dunia hiburan Indonesia di bidang seni peran akan jauh tertinggal.
(Dari berbagai sumber)