Oleh: Abi Iwan
Tidak ada agama yang lebih indah kecuali yang dihayati seseorang kecuali kelembutan, kelapangan dan kehangatan cinta dalam hatinya. Ia teringat Tuhannya, kekasihnya, ia meneteskan air mata.
Saya teringat satu buku yang dimana ada ditulis dalam buku itu biografi Alm. Syaikh Muhammad Al Ghazali, seorang ulama besar di Mesir
Sebagian buku beliau telah ada di Indonesia seperti Jaddidu Hayataka. Perbaharui hidupmu, Dalam buku biografi itu ada kisah dimana terlihat ia meneteskan airmata dan Syaikh berkata : “Aku mencintai Allah”.
Iman kata Syaikh Imam Hasan Al Banna Guru Syaikh Al Ghazali, adalah kepekaan hati.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal”.
(Al Qur’anul Karim: surat Al Anfal ayat 2)
Apapun yang dilihat adalah DIA disebaliknya. Dalam agama seperti ini dalam penghayatan cinta tidak ada penghakiman: “Kamu kafir,kamu sesat, kamu bukan Islam”
Tidak ada. Dan orang bertanya mengapa ada seperti itu?
Itu ujian bagimu kita tidak boleh seperti itu. Itu bukan akhlakNya dan dengan demikian jangan kau lakukan terhadap sesama. Karena kata kata yang baik adalah adalah wahyuNya.
Wa quuluu linnasi husnaa: “Dan ucapkan kata kata yang baik”.
Karena kau dan aku adalah buah cintaNya. Kita adalah kelembutan, kelapangan dan kehangatan cintaNya. Kita adalah genggaman kasih atau rahmatNya. Kita adalah perjumpaan anak anak manusia yang merindukanNya.
Karena itu saya pribadi meyakini betapa benar Sudjiwo Tedjo:
“Tuhan itu Maha Asyik”.
Untuk hambaNya yang banyak berdosa, Dia berfirman :
“Sesungguhnya Allah mencintai orang orang yang bertaubat”.
Diksi wahyu itu adalah mencintai. Ia adalah seseorang yang spesial di “hati” Tuhannya.