Dalam beberapa tahun terakhir, gaya hidup sehat semakin menjadi rutinitas sehari-hari bagi generasi Z. Tren seperti yoga, lari di pagi hari, konsumsi makanan organik, dan rutinitas detoksifikasi tampaknya menjadi bagian dari gaya hidup modern.
Namun, apakah fenomena ini sekadar mengikuti tren yang sifatnya sementara atau benar-benar mencerminkan keinginan untuk menjaga kesehatan dalam jangka panjang?
Generasi Z cenderung mengikuti tren gaya hidup sehat ini karena terpengaruh oleh berbagai video di banyak platform media sosial, terutama aplikasi TikTok, yang memungkinkan setiap orang berpartisipasi, baik dengan membuat konten mereka sendiri maupun berkomentar di video orang lain.
Video-video yang menampilkan tutorial olahraga, tantangan kebugaran, bahkan yang menunjukkan hasil dari gaya hidup sehat mereka, sering kali menjadi sumber inspirasi bagi generasi Z untuk mencoba mengadopsi gaya hidup sehat tersebut.
Meskipun tampak positif, beberapa generasi Z menjalani gaya hidup sehat hanya untuk terlihat menarik atau mengikuti apa yang sedang populer di media sosial. Gaya hidup sehat seharusnya didasari oleh pemahaman yang mendalam tentang kondisi tubuh dan kebutuhan gizi, tetapi seringkali tetap dijalani secara sembarangan. Banyak dari mereka hanya mengikuti apa yang viral tanpa mempertimbangkan kebutuhan pribadi mereka.
Fenomena ini seringkali disebut “performative wellness,” di mana menjalani gaya hidup sehat bukan berdasarkan kebutuhan, melainkan lebih pada citra yang ingin ditunjukkan di media sosial. Akibatnya, penonton dapat terpengaruh untuk ikut serta hanya karena ingin dianggap sejalan dengan orang lain, bukan berdasarkan apa yang sebenarnya mereka perlukan.
Menerapkan gaya hidup sehat bukan tanpa rintangan. Meskipun tampak ideal dan memiliki banyak manfaat, praktik gaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari bisa menjadi tantangan, terutama bagi generasi Z yang menangani rutinitas, masalah keuangan, dan keterbatasan akses.
Salah satu hambatan terbesar adalah faktor biaya. Makanan sehat seperti sayuran organik, daging rendah lemak, serta produk tanpa gula biasanya dijual dengan harga lebih tinggi dibandingkan makanan cepat saji yang lebih terjangkau dan praktis. Hal ini membuat pola makan sehat terasa mahal bagi mahasiswa atau pekerja muda dengan penghasilan yang terbatas.
Menjalani gaya hidup sehat tidak selalu harus mahal atau rumit. Meskipun ada anggapan bahwa menjalani gaya hidup sehat hanya untuk mereka yang memiliki waktu dan uang lebih, kenyataannya ada banyak cara sederhana dan terjangkau yang dapat diterapkan oleh siapa pun, termasuk mahasiswa atau pekerja muda. Langkah paling dasar yang dapat diambil adalah memastikan untuk minum air secara teratur seperti yang dianjurkan oleh para dokter.
Selain itu, cukup tidur juga merupakan aspek penting dalam menjaga kesehatan. Banyak generasi Z yang mengabaikan kebutuhan tidur untuk menyelesaikan pekerjaan, lembur, atau hanya scrolling media sosial hingga larut malam.
Padahal, kualitas tidur yang buruk dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. Memastikan pola tidur yang teratur, yaitu minimal 7–8 jam per malam, dapat memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap kesehatan fisik dan mental.
Gaya hidup yang sehat seharusnya tidak hanya dianggap sebagai mode sementara, tetapi harus menjadi suatu kebutuhan yang dibangun atas dasar kesadaran dan pengetahuan yang memadai. Saat ini, banyak generasi muda mulai menyadari pentingnya menjaga kesehatan sejak usia muda, namun masih ada sebagian yang terjebak dalam pemikiran bahwa hidup sehat hanyalah sekadar tren.
Faktanya, kesehatan adalah investasi utama untuk keberlangsungan hidup kita.
Sebagai generasi muda yang hidup di zaman informasi, kita memiliki keuntungan berupa akses yang luas terhadap pendidikan tentang kesehatan.
Ada banyak cara di zaman sekarang untuk memperoleh informasi dengan sangat mudah. Gaya hidup sehat seharusnya diterapkan dengan serius, bukan hanya sebagai alasan mengikuti tren, tetapi harus menjadi kebiasaan yang benar-benar menjadi kebutuhan bagi kita.