BANDUNG ; Pasangan muda Iqbal – Yeyen dan buah hatinya yang berusia 3 tahunan, masih bertahan di dekat monumen Ir.H. Djuanda di Kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Djuanda Dago Pakar Bandung. Mereka beristirahat sejenak.
Sebelumnya telah olahraga jalan kaki menikmati segarnya udara Bandung Utara di Tahura yang terletak di Desa Ciburial Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung itu. Sambil duduk – duduk disekitar monumen Djuanda yang hanya setengah dada hingga kepala itu, mereka asyik menikmati senda gurau beberapa permainan yang digelar di panggung terbuka, persis samping monumen.
Saat ditanya mengapa tidak bergabung dengan kelompok yang sedang berkumpul dengan beragam kegiatan tersebut, Iqbal menjawab sekadar lihat saja sambil bermain dengan anaknya yang berlari – lari kecil disekitar lokasi. “Lucu itu permainannya, menebak binatang apa. Heu, banyak yang bisa nebak gerakan peraganya”, ucap Iqbal.
Iqbal dan Yeyen adalah warga Buah Batu Kota Bandung yang menyengaja datang ketahura Djuanda untuk rekreasi sekaligus olahraga. “Pas sedang istirahat, itu ada acara Paguyuban Sanyuri sedang kumpul – kumpul. Saya lihat saja, meski sederhana tapi rame acaranya, meuni seru”, Yeyen menimpali. Saat ditanya mengapa mereka pilih wisata ke Tahura Djuanda, Iqbal menjawab, “Tiketnya murah, lokasi masih Bandung, udaranya segar dna fasilitasnya lengkap. Mau makan juga ada kios – kios makanan, WC/ Toilet juga bersih”.
Dari pantauan langsung dilokasi Sabtu 05/10/24, Tahura Djuanda masih menjadi favorit masyarakat sebagai tujuan wisata sekaligus olahraga. Tahura Juanda yang kini berfungsi sebagai area konservasi alam mampu menopang sektor pariwisata khususnya Bandung. Pada akhir pekan atau libur tanggal merah, tak sedikit masyarakat yang datangi lokasi sejuk nan indah itu untuk memanjakan diri dengan menikmati alam, udara yang segar, bersih dan sejuk.
Wisatawan bisa menikmati beragam fasilitas dan wahana yang ada. Arena Bermain Anak-anak, Panggung Terbuka, Outbound, Goa Belanda, Goa Jepang, hingga Air Terjun Omas. Tak hanya perorangan, keluarga, atau kelompok yang mendatangi lokasi ini. Bahkan perkumpulan, atau paguyuban juga banyak yang memanfaatkan fasilitas untuk pertemuan, bermain bersama dan silaturahmi.
Salah satunya Santi Paguyuban Kediri atau Perkumpulan Sanyuri Priangan. Wartono Purwanto Ketua Sanyuri Priangan mengatakan, paguyuban yang dipimpinnya beranggotakan warga asal Kediri Jawatimur di Bandung atau Priangan, sengaja menggelar pertemuan di tempat terbuka, guna mengakrabkan diri antar anggota.
“Ya kita ini belum pernah piknik bersama – sama seperti grup atau perkumpulan lainnya, maka kita pilih lokasi yang dekat saja, sekaligus menunjukkan eksistensin, bahwa perkumpulan kami tetap eksis dan selalu meregenerasi dengan adanya anggota sanyuri Muda”, ucap Ipung sapaan akrab Wartono.
Ipung menyebut, acara diawali dengan bersama lakukan layaknya senam yakni Terapi Kesehatan Ling Tien Kung, lalu geser ke panggung terbuka untuk mendengar sepintas sejarah Sanyuri Priangan terbentuk oleh para senior, dilanjutkan dengan beragam game atau permainan yang melibatkan semua peserta.
“Dari daftar hadir, kurang lebih sekitar 80an orang anggota ikut. Setelah semua terlibat dengan gembira, diakhiri dengan makan – makanan khas Kediri yakni Nasi Pecel Tumpang. Untuk mengakrabkan paguyuban, diakhir acara nyanyi bersama lagu berjudul Pecel Tumpang, sebagai sarana pengingat kampung halaman, yakni Kediri,” tandas Ipung. [gpwk]