Tasikmalaya – Dampak musim kemarau sepertinya telah dirasakan oleh para petani, termasuk yang ada di Kota Tasikmalaya, Saluran irigasi yang ada penuh dengan sedimentasi karena tidak dilakukan pengerukan sehingga air tidak bisa mengalir ke pesawahan. Yuyun Suyud (65) salah seorang tokoh petani di Karang Anyar Kelurahan Cibeuti Kecamatan Kawalu Kota Tasik, pada Rabu (31/7/2024) mengeluhkan persoalan air dari irigasi ini. Menurutnya, di kelompok tani Karanganyar, sejumlah hamparan sawah nyaris tidak bisa ditanami akibat minimnya sumber pengairan. Namun belum ada turun tangan dari pihak terkait.
“Saya sudah berkordinasi dengan pihak PSDA Bina Marga dalam hal ini Korwil Sungai Cikunten, sampai saat ini belum ada tanggapan,” katanya.
Situasi ini menjadi kendala bagi petani untuk masuk ke musim tanam kedua tahun 2024.
“Kalau kebelakang ketika ada masalah pertanian di lapangan termasuk masalah pengairan, hampir setiap stakeholder yang terlibat responsif mulai dari PSDA, PU Bina Marga dan bidang terkait lainnya. Sekarang justru mereka seolah tidak peduli,” ujar Yuyun.
Sebetulnya, kata Yuyun sebagaimana harapan petani lainnya di Kota Tasik, jika saluran irigasinya berjalan maka petani tidak akan kesulitan air dan lahan mereka bisa ditanami.
“Kemudian petani menyediakan lahan untuk bikin embung sehingga air bisa ditarik keatas dan nanti airnya dialirkan ke lahan persawahan,” katanya lebih lanjut.
Sementara itu, senada dengan para petani, petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) BPP Kawalu Rahma Fauji membenarkan bahwa sebagian besar lahan pertanian di wilayah Kecamatan Kawalu masih belum ditanami. Hal itu dikarenakan sebagian besar lahan pertanian di wilayahnya merupakan lahan pertanian tadah hujan. Bahkan ada beberapa lahan yang sudah ditanam, justru sekarang terancam tidak mendapatkan suplai air atau kekeringan seiring dengan datangnya musim kemarau.
“Mereka itu petani yang saat masih sedikit ada hujan kemarin tergoda untuk menanam padi, padahal sudah kami sarankan kalaupun mau menanam lahan garapannya dilakukan dengan cara rotasi tanaman dengan menanam palawija,” katanya.
Pada musim tanam kedua saat ini kata Rahma, dari luas lahan baku sawah seluas itu yang masih bisa ditanami hanya sekitar 50 persen. “Artinya memang dengan masuknya musim kemarau saat ini, lebih dari 500 Hektar lahan baku sawah di Wilayah Kawalu tidak bisa ditanami akibat minimnya debit air atau kekeringan,” pungkasnya.*