Cuaca terik sekitaran Jl. Budhi Cimindi Bandung tengah hari ini (15/12/2021) memang membuat sebagian orang mager alias malas gerak, mereka lebih memilih berlindung “ngiuhan” agar terhindar dari sorotan sinar matahari yang sedang panas-panasnya. Berbagai macam aktivitas dilakukan jam-jam tersebut, ada yang makan siang, ngopi-ngopi atau sekadar duduk santai menikmati waktu istirahat kerja.
Namun ternyata tidak semua orang melakukan ritual bersantai di bawah matahari yang terik kala itu. Sesosok tubuh kecil tiba-tiba muncul di depan orang-orang yang sedang bersantai di depan sebuah kantor. Sosok itu menari-nari dengan iringan musik remix dangdut yang mengalun dari speaker portable yang diselendangkan di pundaknya.

Sosok kecil berbalut baju badut itu membuka topengnya, dan ternyata orang-orang yang sedang bersantai tersebut mengenalnya. Biasanya bocah tersebut menjajakan cilok berkeliling bersama temannya. Namun diketahui kini sang bocah beralih profesi menjadi badut jalanan.
Ketika ditanya apa alasannya sekarang menjalani pekerjaan sebagai badut, jawabannya realistis: penghasilannya lebih besar. Obrolan berlanjut, tapi tiba-tiba lewat badut lain yang perawakannya lebih tinggi berjoget di depan toko material diikuti anak perempuan kecil, si bocah bilang itu ibu dan adiknya.
Si bocah melambaikan tangannya, lalu ibu dan adiknya pun menghampiri. Serupa seperti sang anak, ibunya ternyata beralih profesi juga dari dulunya berdagang menjadi seorang badut jalanan. Walaupun sehari-hari harus menyusuri jalanan sekitar Bandung dan Cimahi, penghasilan dari profesi ini ternyata terbilang lumayan hingga melebihi dari hasil berdagang. Alasan itulah yang akhirnya membuat keluarga tersebut menekuni pekerjaan ini. Puluhan ribu hingga ratusan ribu bisa mereka raup setelah dipotong dengan biaya sewa kostum badut.
Keluarga ini hanya sebagian kecil dari badut-badut lain yang begitu mudah kita temukan di sudut-sudut jalanan atau tempat keramaian. Mereka mengais rejeki di tengah sulitnya kondisi, apalagi semenjak pandemi meruntuhkan sendi-sendi perekonomian.
Pekerjaan mereka tentu bukan tanpa halangan dan rintangan, nyinyiran pasti ada dari orang-orang yang menuduh mereka hanya menjual rasa belas kasihan dan mengeksploitasi anak-anak. Tapi tentu itu bukan kesalahan mereka semata, ekonomi yang belum membaik membuat mereka terpaksa harus turun ke jalanan demi sebuah harapan bisa bertahan hidup. Selagi tidak merugikan orang lain, halal dan tidak dilarang, profesi ini sah-sah saja ditekuni sebagian orang.***
Penulis Naskah : Deden Moni, Editor & Foto: R.Wulandari