Tradisi yang digelar saban tahun itu dikenal dengan nama Rempug Tarung Adu Tomat atau perang tomat.
Perang tomat ini rutin digelar sejak 2012 di Kampung Cikareumbi RW 03 Desa Cikidang Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat sebagai bentuk rasa syukur akibat melimpahnya hasil panen tomat warga sekitar.
.
Bupati Bandung Barat, H. Aa Umbara Sutisna hadir pada kesempatan tersebut sekaligus membuka acara.
.
Disinggung soal ribuan tomat yang dianggap mubazir, Abah Nanu membantah. Dia menegaskan, tomat yang digunakan sebagai peluru perang pada Rempug Tarung Adu Tomat merupakan tomat yang sudah tidak layak jual. Tomat-tomat itu merupakan hasil pilihan, yang mana telah membusuk dan tak layak dijual.
.
“Tomat yang dipakai menjadi media pada saat perang bukanlah tomat yang layak di makan, akan tetapi tomat yang buruk atau busuk. Mengapa harus memakai tomat yang busuk untuk dijadikan peluru pada waktu Perang Tomat,” ungkap pencetus perang tomat sekaligus budayawan lokal, Mas Nanu Muda atau biasa dikenal Abah Nanu.
.
Abah mengatakan, tomat busuk yang dipakai juga mengandung makna filosofis. Menurutnya, tomat busuk yang dilempar berarti membersihkan diri dari hal buruk. Sedangkan aksi saling melempar ke arah wajah yang bertopeng berarti membuang kepalsuan dan sifat tidak terpuji yang dimiliki pada diri manusia.
.
“Hal ini berkaitan dengan makna ngeruat, miceun rereged, geugeuleuh Keukeumeuh atau menyucikan diri,” paparnya.
Sumber : Instagram Humas Kab Bandung Barat