Perceraian selalu meninggalkan jejak. Ia bukan sekadar perpisahan dua insan yang pernah berjanji setia, melainkan sebuah peristiwa yang turut mengubah arah hidup banyak hati, terutama anak-anak yang lahir dari ikatan itu. Retaknya rumah tangga sering kali menghadirkan luka yang tak kasat mata, rasa kehilangan yang tak mudah diucapkan, dan kesunyian yang sulit didefinisikan.
Namun, di balik perpisahan, selalu ada ruang baru. Ruang ini mungkin awalnya terasa asing, penuh dinding yang dingin dan kosong. Tetapi perlahan, jika diisi dengan kasih sayang, pengertian, dan ketulusan, ruang itu bisa menjadi tempat yang aman untuk tumbuh kembali, baik bagi orang tua maupun anak.
Bagi sebagian orang, perceraian dianggap sebagai kegagalan. Padahal, lebih tepat bila dipahami sebagai titik balik. Luka yang ditinggalkan memang nyata, tetapi bukan akhir dari segalanya. Justru dari luka itu, kita bisa belajar tentang arti keteguhan, keberanian mengambil keputusan, dan kemampuan untuk membangun ulang hidup yang lebih sehat.
Bagaimana dengan anak? perceraian adalah badai yang mengguncang rasa aman. Mereka mungkin merasa kehilangan, bingung, bahkan menyalahkan diri sendiri. Di sinilah peran orang tua begitu penting meskipun tidak lagi bersama, cinta untuk anak seharusnya tidak pernah berkurang. Ruang baru pasca perceraian harus menjadi tempat di mana anak tetap merasakan pelukan yang sama hangat, meski tak lagi tumbuh dalam satu atap.
Ruang baru ini bukan hanya milik anak, tetapi juga milik orang tua. Mereka yang bercerai pun belajar untuk mengenal dirinya sendiri kembali, berdamai dengan masa lalu, dan menata ulang masa depan. Proses ini mungkin tidak mudah, penuh air mata dan rasa hampa. Namun, perlahan ruang itu bisa menjadi taman baru, tempat tumbuhnya harapan, kedewasaan, dan bentuk cinta yang lebih dewasa.
Perceraian memang memadamkan satu cahaya, tetapi bukan berarti seluruh hidup menjadi gelap. Ada cahaya lain yang bisa ditemukan, dalam doa, dalam pelukan anak, dalam keberanian untuk memulai kembali. Ruang baru pasca perceraian adalah kesempatan untuk menyalakan kembali cahaya itu, dengan bentuk yang mungkin berbeda, namun tetap memberi hangat.
“Ingat. Perceraian bukan akhir dari cerita keluarga, melainkan babak baru yang bisa ditulis dengan tinta yang lebih kuat. Ruang baru pasca perceraian adalah kesempatan untuk bertumbuh, untuk anak, untuk orang tua, dan untuk hati yang pernah patah. Karena pada akhirnya, meski rumah bisa runtuh, cinta yang tulus tak akan pernah benar-benar hancur. Ia hanya menemukan ruang barunya.”
Penulis: Fardhan Al-Ghifari