Ada masa dalam hidup ketika meja makan keluarga terasa kosong. Kursi yang biasanya terisi tawa, kini hanya menyisakan suara piring yang beradu pelan. Bukan karena cinta memudar, tetapi karena waktu dan jarak mengambil perannya. Pekerjaan, kuliah, atau tanggung jawab masing-masing membawa kita ke arah yang berbeda.
Dengan membuat kebiasaan sederhana seperti mengirim pesan setiap saat, walaupun hanya dengan basa-basi seperti “jangan lupa sarapan” atau “semangat hari ini.” Kadang, pesan itu dibalas singkat, kadang hanya dengan emotikon. Tapi anehnya, itu cukup. Ada rasa hangat yang tumbuh dari hal-hal kecil yang konsisten.
Seiring perkembangan jaman, teknologi menjadi jembatan ditengah jarak. Video call dimalam minggu, tawa yang pecah saat melihat wajah orangtua dilayar handphone, atau mengirim foto makanan hanya untuk menggoda. Mungkin ritual kecil seperti itu membuat merasa tetap hadir satu sama lain.
Dan ketika akhirnya bisa bertemu, momen itu jadi luar biasa. Tidak perlu liburan mewah, makan di warung langganan atau duduk di teras sambil minum teh saja sudah cukup membuat hati penuh. Hal seperti itulah yang membuat kita belajar bahwa keluarga yang kuat bukanlah seberapa sering kita bertemu, tetapi seberapa tulus kita hadir, meski hanya lewat kata, suara, atau doa.
Keluarga adalah benang yang mengikat kita, bahkan saat jarak membentang. Selama kita menjaga benang itu dengan kasih sayang, ia tidak akan pernah putus. hanya mungkin sedikit renggang, tapi selalu siap ditarik kembali.
Untukmu. Semangat menjalani setiap detik waktu.
Penulis: Fardhan Al-Ghifari