Tari Badeng adalah salah satu kesenian tradisional khas Kabupaten Garut, Jawabarat, yang menjadi bukti kekayaan Sunda. Kesenian ini bukan sekedar hiburan, melainkan juga sarana dakwah dan penyebaran ajaran islam pada masalalu.
Asal usul Tari Badeng berakar pada abad ke-16 atau sekitar 1800 tahun lalu oleh seorang tokoh penyebar agama islam bernama Arfaen Nursaen yang berasal dari daerah Banten dan kemudian menetap di kampung Sanding, Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut. Tari Badeng ini menggunakan perpaduan antara irama rebana, syair-syair religius, dan gerakan tari yang khas menjadikan Tari Badeng begitu berbeda dengan kesenian tradisional lainya.
Sejarah mencatat bahwa Tari Badeng lahir sebagai bagian dari misi para Ulama terdahulu untuk menyebarkan agama islam dengan cara berdakwah lewat seni dan musik. Nama “Badeng” ini berasal dari kata bedeng atau bedengge, merujuk pada suara tabuhan rebana besar yang menjadi ciri khas irama penggiring nya.
Kesenian ini awalnya di pentaskan untuk mengajak masyarakat mendekatkan diri kepada Tuhan melalui lagu-lagu pujian. Setiap alunan rebana, suling, dan sura penyanyi dilengkapi dengan tarian yang khas penuh makna spiritual.
Dalam perkembangannya, Tari Badeng kemudian menjadi hiburan rakyat, trutama saat perayaan Maulid Nabi, khitanan, atau hajatan adat.
Keunikan Tari Badeng terlihat pada perpaduan seni musik dan tarian yang sangat harmonis. Alat musik utama yang digunakan adalah suling bambu,rebana besar, dan angklung, di tambah kecrek. Syair yang dinyanyikan biasanya berupa doa atau pujian-pujian menggambarkan rasa bersyukur dan kebahagiaan.
Biasanya para penari menggunakan pakaian yang sederhana.Geerakan dalam tarian tersebut juga tidak terlalu rumit, lebih fokus pada kekompakan dan keindahan ritme. Tari Badeng juga menghadirkan suasa yang sangat Khidmat sekaligus meriah karena irama rebana yang menghentak namun tetap bernuansa religius.
Tari Badeng bukan hanya sekedar hiburan atau pertunjukan. Di dalamnya tersimpan filosofi yang sangat bermakna tentang keharmonisan hidup, kebersamaan, dan rasa bersyukur kepada Tuhan. Suara musik rebana yang berulang menggambarkan bahwa hidup ini terus berputar. Melalui kesenian ini, para leluhur mengajarkan bahwa seni dapat menjadi media untuk mendekatkan diri kepada yang maha kuasa tanpa harus meninggalkan identitas budaya.
Di era modern, tari badeng mulai jarang di pentaskan banyak generasi muda yang kurang mengenal kesenian ini, tergantikan oeh hiburan modern seperti musik pop atau media sosial. Namun, masyarakat sanding tetap konsisten melestarikan Tari Badeng ini. Mereka mengajarkannya kepada anak-anak, dan menampilkan badeng dalam acara budaya daerah.
Badeng merupakan salah satu warisan budaya yang harus dilestarikan dan di jaga keberlangsungannya. Kesenian ini memiliki nilai sejarah islami yang sangat mendalam, dan mempunyai kearifan lokal yang sangat tinggi, serta menjadi bagian dari identitas budaya sunda,khusunya masyarakat Garut. Kesenian Badeng mengandung nilai, moral seperti gotonhg royong dan kebersamaan yang sejalan dengan kondisi masyarakat di Jawabarat, oleh karena itu kesenian ini harus diberikan apresiasi yang sangat besar agar tidak terlupakan oleh generasu muda.
Di Tulis Oleh : Rifqi Achmad Salmun