Jakarta – Puluhan orang mendadak maju ke panggung utama, turut menari menampilkan gerakan sederhana namun penuh makna saat tembang dolanan berjudul Gugur Gunung mulai dimainkan, di Gedung Pewayangan Kautaman TMII, Jakarta, Minggu 03/08/25. Acaranya cukup akbar, yakni Reuni Emas Santi Paguyuban Kediri, atau Sanyuri.
Gugur Gunung, pembawa suasana masuki lorong waktu Karya legendaris dari Ki Narto Sabdo yang dimainkan dengan gamelan lengkap oleh Grup Karawitan Sanyuri Priangan itu bukan hanya mampu membawa masuk lorong waktu masa lalu, pula serasa berada di kampung halaman yang asri, penuh ketentraman, semangat gotong royong antar warganya, hingga kecintaan dan kebanggaan pada sebuah tempat, yang bernama Kediri, di Jawa Timur.
Gugur Gunung sengaja dimainkan selain gendhing lainnya seperti, Kebo Giro, Manyar Sewu, Singonebah, Tropong Bang, juga lelagon atau tembang Swara Suling, Kangening Ati dan Wuyung.
Sayang, beberapa lainnya tidak sempat dimainkan karena padatnya pengisi acara, sehingga Anting-Anting, Klinci Ucul, Ayo Ngguyu dan Praon belum bisa dinikmati undangan.
Selain Gamelan Karawitan persembahan Sanyuri Priangan (Bandung), rupanya panitia penyelenggara juga ‘naggap’ band combo musik, campursari serta ada dua penampilan tari asal Kediri diantaranya Jaranan, serta atraksi pencak silat.
Keluarga Besar Santi Paguyuban Kediri Kumpul Gedung Pewayangan Kautaman di TMII Jakarta, Minggu pagi mulai didatangi ratusan tamu. Mereka datang dari berbagai kota dan daerah. Jelang jam 10 pagi, lebih dari seribuan orang anggota dan keluarga besar SANYURI (Santi Paguyuban Kediri) dari berbagai penjuru tanah air hingga mancanegara, akhirnya benar – benar memadati gedung megah itu.

Mereka berkumpul dalam Reuni Emas 50 tahun Sanyuri, yang diselenggarakan dengan penuh kekeluargaan dan semangat persaudaraan.
Panitia Penyelenggara menetapkan thema “Merawat Rasa, Menjalin Asa – Jo Lali Kediri Mu” sebagai bentuk penghormatan atas ikatan emosional para alumni pelajar Kediri dengan kampung halaman mereka.
Tema itu nyata adanya. Akrab, guyub kendati sekejab kumpul, dan membekaskan semangat persaudaraan tanpa batas. Merawat Rasa, Menjalin Rasa, Bertransformasi pada kekinian
Ketua Panitia, Askin Tohari menyampaikan ucapan selamat datang dan terima kasih atas kehadiran para peserta. Dalam sambutannya, Askin menyampaikan bahwa tema yang diusung bukan sekadar rangkaian kata, tetapi ajakan untuk menjaga jalinan rasa dan harapan bersama, agar kenangan dan semangat yang tumbuh di bumi Kediri tetap terawat dan menjadi pijakan langkah ke depan.
“Kami sadar, banyak dari kita telah tersebar dan tumbuh di banyak tempat, namun rasa ini, ikatan ini, tidak boleh hilang. Terima kasih atas waktu dan perjalanan panjang yang sudah diluangkan untuk datang. Mohon maaf bila dalam perhelatan jamuan ini masih ada kekurangan,” ujar Askin.
Sementara Ketua Umum SANYURI, Basuki Kusmutarto, menegaskan pentingnya SANYURI untuk terus berkembang dan menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman, khususnya di era digital.
“SANYURI bukan hanya ruang nostalgia, tapi juga harus menjadi ruang kolaborasi dan inovasi. Kita harus bertransformasi mengikuti perkembangan teknologi agar tetap relevan dan bermanfaat,” tegas Basuki.
Pramono Anung “Kekeluargaan Sanyuri harus dirawat”
Suasana reuni emas menjadi sangat istimewa dengan kehadiran Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung. Mas Pram, panggilan akrab Pramono, yang kelahiran asli Kediri. Untuk diketahui, Mas Pram menghabiskan masa sekolahnya sejak SD hingga SMA, ya memang di Kota Kediri. Ia alumni 1982, SMA Negeri 1 Kediri.
Dalam sambutannya ia menegaskan, yang paling penting, bahkan terpenting adalah kekeluargaan yang ada di dalam tubuh Sanyuri harus dirawat, dipelihara dan dibesarkan.
Pramono mengaku, kebersamaan dalam Sanyuri luar biasa. Ia telah berkali – kali datang dalam acara Sanyuri, dan ada yang tidak berubah dari dulu hingga sekarang, yakni semangat kekeluargaannya. Tegasnya, itulah kekuatan utama Sanyuri.
“Tentunya tidak semua orang di dalam keluarga besara organisasi Sanyuri ini mendapat keberuntungan, karenanya saya berpesan, gotong royong menjadi hal utama. Sanyuri yang seperti inilah, menjadi penguat sekaligus kontrol bagi kita semua,” tadasnya singkat.
Reuni Emas Lebih dari sekadar temu kangen
Tak hanya sebagai ajang temu kangen, acara ini juga menjadi bentuk apresiasi terhadap kekayaan budaya dan kesenian Kediri. Ragam pertunjukan seni daerah turut memeriahkan suasana, membangkitkan nostalgia, sekaligus memperkuat identitas budaya para peserta yang hadir dari beragam latar belakang dan tempat tinggal.
Turut hadir juga perwakilan Dinas Pariwisata Kabupaten Kediri dengan Tim Jaranan, Dinas Pariwisata Kota Kediri dengan Tim Tari Panji-Jurid Panca Nagri.
Nampak hadir dalam perhelatan diantaranya Firdaus alumni Smada 1982, Ketua Umum Ikasmada periode 2025-2029 yang juga menjabat sebagai Ketua DPRD Kota Kediri. Ia tak hadir sendiri, namun turut menyertai adalah anak – anak muda pengurus Ikasmada.
Hadir pula menyampaikan sambutan singkatnya, Abdul Hakim Bafagih anggota Komisi VI DPR RI dari Partai Amanat Nasional. Diketahui, masa kecil Bafaiq di SDN Banjaran Kota Kediri.
Sementara dari Sanyuri, selain Jabodetabek dan Sanyuri Mataram, ada rombongan Sanyuri Priangan yang di ketuai Wartono Purwanto. Rombongan dari Bandung ini menggunakan dua bus besar lengkap dengan tim kesenian karawitan.
Dalam rangkaian acara, juga diserahkan penghargaan ‘lifetime achievement’ kepada dua tokoh senior penggiat Sanyuri, yakni Arief Budiman Padmodimuljo dan Siti Widjajanti Pudji Murtanti atau yang lebih dikenal dengan nama Tanti Koentjara. Penghargaan diserahkan langsung oleh Pramono Anung.
Reuni Emas SANYURI bukan sekadar pertemuan, tetapi perayaan atas semangat kebersamaan lintas generasi, lintas tempat, dan lintas waktu. Sebuah pengingat bahwa di manapun berada, jo lali Kediri mu – jangan pernah lupakan Kediri-mu. [gpwk]