Kunang-kunang, serangga kecil yang memancarkan cahaya kelap kelip yang indah di malam hari, kini menghadapi ancaman kepunahan yang membuat banyak ilmuwan dan pecinta alam khawatir. Populasi mereka di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, semakin menurun drastis.
Salah satu penyebab penurunan populasi hewan dengan nama ilmiah Lampyridae ini adalah hilangnya habitat alami mereka. Kunang-kunang hidup di daerah yang lembap seperti sawah, hutan, dan lahan basah. Ironisnya tempat-tempat ini terus menyusut akibat pembangunan, pembukaan lahan untuk pertanian, serta urbanisasi yang cenderung merusak lingkungan.
Penyebab lainnya adalah polusi cahaya menjadi ancaman besar bagi kelangsungan hidup kunang-kunang. Cahaya buatan dari lampu jalan, gedung, dan rumah mengganggu sinyal cahaya alami yang digunakan kunang-kunang untuk berkomunikasi dan mencari pasangan. Tanpa kemampuan untuk saling mengenali lewat sinyal cahaya, proses reproduksi terganggu, dan populasi mereka pun menurun.
Selain itu penggunaan pestisida dan bahan kimia berlebihan dalam pertanian juga telah membunuh kunang-kunang dan meracuni habitat mereka dan mangsa alami yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup. Di samping itu, perubahan iklim turut memengaruhi siklus hidup dan distribusi mereka, membuat mereka lebih rentan terhadap kepunahan.
Menjaga keberadaan kunang-kunang bukan sekadar menyelamatkan satu jenis serangga. Ini tentang menjaga keseimbangan ekosistem secara keseluruhan. Mengurangi polusi cahaya, menghentikan penggunaan pestisida berbahaya, dan melestarikan habitat alami adalah langkah-langkah nyata yang bisa dilakukan oleh manusia.
Jika kita tidak segera bertindak, indahnya cahaya alami kunang-kunang bisa benar-benar padam dan tidak pernah bisa disaksikan anak dan cucu kita di masa depan dan kita akan kehilangan salah satu mahluk hidup yang paling ajaib dan mempesona.