Oleh: Rio Pale
Alhamdulillah, dari akhir Ramadan hingga dua hari menjelang Idulfitri, saya mendapat amanah yang begitu berarti. Saya ditugaskan untuk menyampaikan titipan hati dari masyarakat Jawa Barat dan masyarakat Indonesia kepada para pengungsi Palestina.
Amanah ini bukan sekadar membawa bantuan, tapi membawa suara, membawa empati, membawa cinta dari tanah air kepada saudara-saudara kita yang sedang terluka.
Kondisi di sana sungguh menggetarkan. Genosida terus berlangsung. Darah tumpah, air mata mengalir. Luka tak hanya di tubuh, tapi di jiwa yang hancur oleh kekejaman manusia terhadap sesamanya. Ini bukan sekadar konflik, ini adalah kekejaman yang telanjang—terjadi di depan mata dunia, namun seolah menjadi biasa.
Kalau kita bandingkan dengan genosida-genosida sebelumnya, ini jauh lebih brutal, lebih terbuka, dan lebih terang-terangan. Dulu, Holocaust ditutupi dari sejarah. Tapi hari ini, justru kita disuguhi tayangan kekejaman yang terus-menerus, tanpa henti. Dan ironisnya, dunia diam. Banyak negara seolah tidak tahu, atau berpura-pura tidak tahu, mana yang benar, mana yang salah.
Tapi kita tahu. Kita peka. Kita peduli.
Maka dari itu, pertemuan hari ini bukan hanya ajang temu fisik. Ini adalah penyambung nurani, pengikat jiwa-jiwa yang tidak rela jika penderitaan manusia terus dibiarkan.
Terima kasih kepada semua yang telah menjadi bagian dari perjuangan ini. Karena setiap langkah kecil kita, insyaAllah, menjadi cahaya di tengah gelapnya luka-luka dunia.
Penulis: Indari Mastuti