Oleh: Pak Haru S
Ramadan telah berlalu, dan kini kita memasuki bulan Syawal—bulan peningkatan. Bulan di mana segala amalan yang kita bangun selama Ramadan seharusnya tidak redup, tapi justru tumbuh dan menguat.
Jangan sampai kita menjadi hamba-hamba musiman. Yang hanya membaca Al-Qur’an saat Ramadan. Yang hanya mendirikan Qiyamul Lail saat Ramadan. Yang hanya bersedekah dan bersungguh-sungguh dalam doa ketika Ramadan hadir. Tidak. Bukan itu semangat yang ingin kita bawa.
Apa yang telah kita jalani selama Ramadan adalah kewajiban yang seharusnya menjadi bekal dan semangat untuk meningkatkan ukhuwah di antara kita. Hubungan persaudaraan, kepedulian sosial, dan semangat perjuangan itu tidak boleh berhenti hanya karena Syawal telah datang.
Semoga melalui silaturahmi yang terus dirajut ini, ukhuwah kita semakin erat. Karena kepekaan adalah salah satu tanda keberhasilan. Jika aparat, masyarakat, dan kita semua belum peka terhadap penderitaan sesama, berarti kita belum benar-benar berhasil.
Oleh karena itu, mari terus berdoa, terus berikhtiar. Karena ketika ajal menjemput dan Allah bertanya, “Apa yang sudah engkau lakukan?”, semoga kita bisa menjawab dengan yakin:
Kami sudah berdoa.
Kami sudah bergerak.
Kami sudah bersedekah, berdakwah, dan berjuang sebisa kami.
Kami sudah membangun silaturahmi dan bekerja sama agar umat ini menjadi kuat dan sadar.
Karena jalan perjuangan kita memang panjang. Tapi jalan mereka yang menindas jauh lebih mengerikan. Kita sedang berada di panggung yang berbeda, dengan ujian yang berbeda, sesuai kapasitas yang Allah titipkan pada kita.
Penulis: Indari Mastuti