Note Ustadz Nur Ihsan Jundulloh Lc.
Masjid Al Amin Situsari Buah Batu Bdg
SBC (Sahabat Bandung Community)
Sabtu, 29 Juni 2024
by : lucyrustikasari
TADABBUR QURAN (QS. AL FATIHAH – Part. 3)
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bhw isi surat Al Fatihah scr umum dibagi 3 dlm bagian, yaitu :
– Ttg Aqidah (dlm ayat ke 1-2-3-4)
– Ttg Ibadah (dlm ayat ke 5-6)
– Ttg Kisah/Kurikulum menjalani kehidupan/manhajul hayah (dlm ayat ke 7).
Dan sebelumnya sudah dibahas ayat 1 sampai dg ayat 3, saat ini akan dibahas ayat ke 4 :
QS. Al Fatihah ayat 4. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ
maaliki yaumid-diin.
“Pemilik hari pembalasan.”
– “maaliki” = Yg memiliki, yg merajai, yg menguasai.
– “yaum” = Hari.
– “Ad-diin” = Pembalasan.
– Jika di ayat 1 – 3 (dlm QS. Al Fatihah), nilai aqidahnya, utk menguatkan iman, yaitu :
1). Menyertakan Allah/melibatkan Allah dlm segala macam aktivitas
2). Mengenal Asmaul husna
3). Mengenal rububiyah Allah
4). Mengenal rahman & rahimnya Allah (rahmat Allah)
Maka di ayat ke 4 ini, nilai aqidahnya utk mengingatkan ttg iman pd hari ahir.
Jika rukun iman itu dirangkum, nilai aqidahnya terbagi 2 yaitu : Iman kpd Allah & iman pd hari ahir. Sudah termasuk bagian dari iman pd Allah yg berfirman dlm bentuk wahyu (beriman pd Al Quran), yg diturunkan kpd nabi sbg penerima wahyu (beriman pd nabi) & yg menyampaikan wahyu yaitu malaikat (beriman pd malaikat), dan termasuk dlm firman Allah, ttg qadha & qadar, termasuk bagian dari beriman pd Allah. Sedangkan bagian yg lain, yaitu beriman pd hari akhir.
Rasul sering menggandengkan dua rukun iman ini, beriman kpd Allah & hari akhir, spt :
– HR. Bukhari : “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam.”.
– HR. Bukhari- Muslim :”Barang siapa beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya”.
Maka QS. Al Fatihah ayat 1-2- 3 ttg mengenal Allah & ayat 4 ttg mengenal hari ahir.
Dimana dihari ahir, ada maliknya/ada penguasanya/ada rajanya, yaitu Allah.
-“MALIK” = Raja ; “Maliki” = “Yg memiliki/ yg mengendalikan/ yg menguasai” ; mulkun = kerajaan. Sebab tidak semua raja adalah yg mengendalikan, ada raja tapi yg mengendalikannya adalah mentri/perdana mentrinya, dsb.
Dlm sebuah kisah disebutkan, sahabat nabi bertanya pd nabi : “Siapakah yg menguasai/mengendalikan di akhirat ??, nabi menjawab : “Allah”. Maka sahabatpun berkata : “Alhamdulillah”, kenapa ??, Karena Allah Maha Pengasih & Penyayang, dimana jika Allah yg mengendalikan pasti tidak akan sewenang2 & lebih banyak akan memaafkan.
Saat kiamat terjadi, alam semesta hancur semua mati, sampai dg yg terahir mati adalah malaikat maut & setelah tidak ada apa2 & siapa2, maka Allah tanya milik siapa kerajaan ini ??, hanya milik Allah.
QS. Ghafir ayat 16. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
يَوْمَ هُمْ بَا رِزُوْنَ ۚ لَا يَخْفٰى عَلَى اللّٰهِ مِنْهُمْ شَيْءٌ ۗ لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ ۗ لِلّٰهِ الْوَا حِدِ الْقَهَّا رِ
yauma hum baarizuun, laa yakhfaa ‘alallohi min-hum syaii, limanil-mulkul-yauum, lillaahil-waahidil-qohhaar.
“(yaitu) pada hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tidak sesuatu pun keadaan mereka yang tersembunyi di sisi Allah. (Lalu Allah berfirman), “Milik siapakah kerajaan pada hari ini?” Milik Allah Yang Maha Esa, Maha Mengalahkan.”
Hari ini penguasa/pengendali didunia ada banyak dg berbagai macam nama (raja, presiden, perdana mentri, gubernur, dsb). Di dunia penguasa oleh Allah dijadikan bertingkat2 tapi di akhirat, yg jadi Raja hanyalah satu, yaitu Allah saja. Bahkan firaun sekalipun menjadi orang biasa, bahkan kata nabi : “Orang yg sombong di dunia dibangkitkan spt laron/semut yg kecil (wajah manusia tp badannya kecil spt semut), terinjak2 & terombang ambing”. Maka tidak ada Raja di akhirat kecuali, Allah.
“YAUM” = “Hari”.
Tapi bukan hari biasa, hari di akhirat tidak sama dg hari di dunia, namanya sama, tapi hitungannya berbeda, 1 hari di akhirat = 50.000 tahun, spt hari kita di dunia. Masa/durasinya sama tapi bisa jadi feelnya terasa berbeda (bisa terasa lama bagi orang yg kafir, ataupun terasa pendek, spt tidur nyenyak semalam saja, bagi orang beriman). Di akhirat, di padang mahsyar, durasinya satu hari tapi bisa jadi lebih lambat dibandingkan hari2 kita di dunia, namanya sama satu hari, tetapi tidak sama dg hari kita di dunia.
“AD-DIIN” = “Pembalasan”.
Disurat yg lain diartikan = agama, spt dlm QS. Ali Imran ayat 19. “Innaddina ‘indallaahi islam” = “Sesungguhnya agama disisi Allah ialah islam”.
Redaksinya sama, ad-din, tapi diartikan berbeda, sebab dlm bhs.Arab, jika hurufnya sama, pasti ada hubungannya, maka hubungan agama & pembalasan, yaitu :
– “Orang yg paling beragama adalah orang yg paling sadar, bhw perbuatannya ada pembalasannya”.
-“Semakin bagus agamanya, semakin sadar bhw semua perbuatan ada balasannya”.
-Maka Orang yg religius adalah : “Orang yg sadar jika ia akan dibalas, baik/buruk perbuatannya”.
Pembalasan dari Allah bukan cuma di akhirat saja, tapi juga ada balasan didunia, baik bagi orang yg beriman atupun utk orang yg kafir. Orang kafir jika berbuat baik, pasti dibalas oleh Allah, sebab setiap kebaikan ataupun keburukan PASTI ada balasannya, terlepas balasan tsb di dunia ataupun di akhirat.
– Untuk Orang yg beriman : Balasannya sempurna di akhirat & diberi DP di dunia & disempurnakan nanti di akhirat.
– Sedangkan utk orang kafir : Dibalas di dunia, tapi TIDAK disempurnakan balasannya di akhirat, semua diberi didunia saja, diakhirat tidak dapat apa2.
Kisah Utsman bin Thalhah : Pemegang kunci Ka’bah di zaman Rasul, dari keluarga Bani Syaibah (bukan keluarga kerajaan), suatu saat ketika ia masih musyrik diminta oleh nabi utk bukakan pintu ka’bah, tapi ia menolak, hingga Rasul hijrah ke Madinah. Dlm kejadian hijrah tsb, keluarga Abu Salamah (dg istri & anaknya), ikut hijrah ke Madinah, tetapi ummu Salamah & anaknya dilarang ikut oleh keluarga Ummu Salamah & keluarga Abu Salamah, shg mereka ditahan & keluarganya tercerai berai. Selama satu tahun terpisah Ummu Salamah terus menangis/bersedih, sampai ahirnya keluarganya mengizinkannya ke Madinah, Ummu Salamah adalah putri dari Abu Umayah yg terkenal karena suka memberi bekal kpd kafilah (dagang), ketika berangkat Ummu Salamah (ke Madinah) bertemu dg Ustman bin Thalhah, ia merasa tidak pantas bagi putri Abu Umayah berangkat sendirian/hanya bersama anaknya, maka Ustman bin Thalhah pun menemani/menjaga mereka selama perjalanan & mengantarnya sampai pintu Madinah. Orang musyrik tapi peduli & memberi bekal hingga mengantarnya pd Abu Salamah, hingga cerita ttg Ustman bin Thalhah tsb, sampai kpd Rasul.
– Pelajarannya : Kebaikan orang tua dibalas oleh Allah kpd anaknya. Maka teruslah berbuat baik, sebab setiap kebaikan pasti Allah balas, di dunia & disempurnakan di akhirat.
Ketika fathu Makkah, Rasul mencari & meminta kunci Ka’bah yg ada pd ibunya Ustman bin Thalhah & diserahkan pd Rasul. Abbas bin Abdul Muthalib (paman nabi), meminta kunci tsb, tetapi kata nabi : “Hari ini hari berbuat baik/hari membalas kebaikan” & nabi menyerahkan kunci Ka’bah kpd kabilah Bani Syaibah & tidak boleh ada yg mengambilnya. Dg sabda nabi/SK dari nabi tsb, maka menjadi validasi/kekuatan kunci Ka’bah dipegang oleh Bani Syaibah. Maka salah satu balasan kebaikan oleh Allah dibalas di dunia.
Kisah Hakim bin Hisjam bin Khuwailid (keponakan Fatimah r.a) : Dizaman jahiliyahnya suka berbagi, lalu ia bertanya pd nabi, apakah kebaikan di zaman jahiliyahnya akan dibalas oleh Allah ??
Jawab nabi : “aslamta bima aslamta” = “Engkau menjadi muslim karena kebaikan yg engkau lakukan (dulu)”.
Artinya : Salah satu balasan Allah bagi orang yg kafir adalah : HIDAYAH. Shg jika ada orang kafir tapi ia baik, doakan ia agar diberi hidayah oleh Allah. Dan itu merupakan balasan kebaikan yg teragung/terhebat drpd balasan dg harta.
Pembalasan PASTI terjadi. QS. Al Isra ayat 7. “in ahsangtum ahsangtum li angfusikum wa in asa tum fa lahaa” = “Jika kamu berbuat baik, berarti kamu berbuat baik utk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka kerugian kejahatan itu utk dirimu sendiri”.
Jika kamu berbuat baik, maka kebaikan itu akan kembali utk diri kamu sendiri & jika kamu berbuat jahat, kejahatan itu akan kembali lagi utk dirimu sendiri. Artinya :
-“Jika sudah cukup berani menyakiti orang lain artinya sudah kuat utk menerima balasan kejahatannya”.
-Yg paling BERBAHAYA di dunia ini adalah : PERBUATAN KITA SENDIRI.
-DOSA kita itulah yg PALING MEMBAHAYAKAN hidup kita, sebab semua akan ada BALASANNYA.
Maka jika ada suatu kejadian yg buruk, tanya diri sendiri : Dosa apa yg telah kita lakukan ??.
Maka banyak2 berdoa spt yg diajarkan nabi Adam a.s, ketika dikeluarkan dari surga & fokus pd kesalahan diri sendiri bukan mencari kambing hitam/menyalahkan orang lain.
Doa : “Rabbanā ẓalamnā anfusana wa il lam tagfir lanā wa tar-ḥamnā lanakụnanna minal-khāsirīn”.
“Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, & jika Engkau tidak mengampuni kami & memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang2 yg merugi.”
“Ad-din” = Pembalasan.
Ulama membagi dlm 2 hal ttg cara Allah membalas, yaitu :
1). Dg adil == Balasan Allah pd setiap keburukan itu adil, sebab jika keburukan diniatkan, belum dicatatkan (0), jika dikerjakan, dicatat satu keburukan & dibalas dg satu dosa (1 niat = 0, 1 dikerjakan = 1 & balasan = 1).
2). Dg kasih sayang == Balasan Allah pd setiap kebaikan dibalas dg kasih sayang, sebab ketika diniatkan saja, dicatat satu kebaikan, ketika dikerjakan = dicatat 10 kebaikan & balasannya 10x pahala/kebaikan, balasan penuh dg rahmat/kasih sayang, sebab bisa jadi 700x lipat bahkan lebih (QS. Al Baqarah ayat 261). Tetapi niat bukan hanya rencana biasa, niat/keinginan/iradah harus ada (ditambah dg) u’dah/ada persiapan utk melakukannya.
QS. Hud ayat 15-16. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
مَنْ كَا نَ يُرِيْدُ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا وَ زِيْنَتَهَا نُوَفِّ اِلَيْهِمْ اَعْمَا لَهُمْ فِيْهَا وَهُمْ فِيْهَا لَا يُبْخَسُوْنَ
“Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan.”
اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ لَـيْسَ لَهُمْ فِيْ الْاٰ خِرَةِ اِلَّا النَّا رُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوْا فِيْهَا وَبٰطِلٌ مَّا كَا نُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan.”
Maka jangan hanya ingin balasan di dunia saja, takutnya nanti Allah tidak memberi balasan/tidak dapat apa2 di akhirat, jika berinfaq hanya berharap balasan di dunia saja, cape & rugi. Spt contoh : shalat dhuha supaya rezeki lancar, jika tidak diberi rezeki lalu kecewa, maka ketika melakukan sesuatu kebaikan jangan utk dunia saja tapi ikhlas karena Allah, sebab boleh jadi Allah tidak beri di dunia, tapi Allah menampung balasan utk di akhirat dan agar kita tidak kecewa dg dunia, karena yakin Allah menyimpan balasan sempurna di akhirat. Sedangkan orang kafir di dunia selalu diberikan kesempurnaan balasan atas perbuatannya, sebab Allah tidak menyisakan balasan utk di akhirat.
Kisah ttg si Aa & si Adik : Sama2 pergi bekerja ke luar negeri, sama2 dapat gaji yg besar, tetapi si Aa rajin menabung & menggunakan gajinya sedikit saja/seperlunya, sedangkan si Adik menggunakan seluruh gajinya utk memenuhi semua keinginannya dg barang2 mewah di negeri orang tsb & dg tanpa menabung. Hingga beberapa tahun lamanya, tiba pd suatu hari keduanya di PHK & harus kembali ke kampung halamannya. Kondisi si Aa, bahagia sebab ia sudah menabung & punya banyak aset di negaranya, & ia bahagia kembali ke kampung halamannya, si Aa bahagia karena selalu melihat kedepan, sedangkan si Adik sedih & sengsara, sebab tidak punya tabungan & sulit mengkonversi aset2nya di negara orang lain tsb utk dijadikan bekal pulang ke kampung halamannya, karena waktu yg terbatas/mepet & si Adik sengsara karena selalu melihat kebelakang (aset2 yg ditinggalkannya di negara orang karena tidak bisa dibawa ke kampung halamannya). Berangkat sama, gajinya sama, tapi hasilnya (feelnya) berbeda.
Pelajarannya : Manusia itu terbagi dua : Ada yg mempersiapkan bekal utk kepulangannya ke kampung halamannya (negeri akhirat) & Ada juga yg terlena/berfoya2 diperjalanan (di dunia), shg lupa utk mempersiapkan bekal kepulangannya ke negeri akhirat.
Manusia itu datang/lahir sama2 tidak membawa apa2, sama2 tinggal di dunia dg rezeki yg adil dari Allah (adil = proporsional, tidak harus sama tapi adil). Jika nikmat Allah diangka-kan, misal = 10, maka bisa jadi si A, dpt 5 utk kesehatannya, 1 utk harta, 2 utk keluarga, 1 utk agama & 1 utk relasi, nilainya 10, sedangkan si B dpt 6 di hartanya, 1 di kesehatannya, 0 utk keluarganya, 2 utk relasi & 1 utk agamanya, dst. Bisa jadi mayoritas di harta tapi kesehatannya kurang, atau mungkin ada masalah di keluarga, dst.
Sama2 diberi rezeki oleh Allah, tapi saat pulang kpd Allah mereka merasakan berbeda2, karena setiap orang PASTI diberi balasan dari apa yg dilakukannya selama hidup di dunia.
QS. Al Zalzalah ayat 7-8. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَا لَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗ
“Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya”.
وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَا لَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ
“Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.”
Orang yg faqih/mengerti agama, semakin faqih semakin sadar jika amal2nya pasti ada balasannya, baik atau buruknya, besar kecilnya pasti ada balasannya dari Allah.
Mungkin manusia bisa lupa apa yg telah diperbuatnya, tapi Allah tidak pernah lupa, sebab Allah punya malaikat yg mencatat setiap perbuatan manusia.
TANYA JAWAB :
1. Bagaimana agar kita faham bahwa kerajaan hanya milik Allah/Allah itu yg merajai di akhirat ??
Jawab : Di akhirat setiap orang akan sadar (tidak ada orang yg lalai) bhw yg jadi Raja itu hanyalah Allah, tapi tidak berguna kesadarannya itu. QS. Al Fajr ayat 23. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَجِايْٓءَ يَوْمَئِذٍ بِۢجَهَنَّمَ ۙ يَوْمَئِذٍ يَّتَذَكَّرُ الْاِ نْسَا نُ وَاَ نّٰى لَـهُ الذِّكْرٰى
“dan pada hari itu diperlihatkan Neraka Jahanam; pada hari itu sadarlah manusia, tetapi tidak berguna lagi baginya kesadaran itu.”
Sedangkan manusia ketika didunia sulit utk sadari hal itu, sebab para penguasa seringkali jadi “al mala” = musuh para nabi, & Al Quran mengisahkan musuh terberat para nabi adalah golongan orang2 menengah ke atas, sebab ada faktor kejiwaan/merasa diatas, sulit utk menerima & jadi pengikut para nabi, karena isi ajakan/dakwah nabi adalah menyadarkan manusia bhw kita itu hanyalah HAMBA, dan Allah adalah TUHAN. Hamba itu kecil, rendah & harus tunduk, shg tidak mudah utk menyetting kejiwaan orang2 yg selama ini di atas (Raja) utk menjadi seorang hamba. Sulit bagi seorang Raja utk jadi hamba.
Maka sadari status kita hanyalah seorang hamba, jangan pernah memperlakukan Allah se-level dg kita, memaksa pd Allah dg permintaan2 kita.
Spt hamba dg majikan, terserah majikan/owner, jangan sampai staff merasa selevel dg owner perusahaan & pastinya owner akan suka pd staff yg nurut/tunduk patuh pd aturannya, spt : “samina wa athona”. Owner ibarat malik = yg memiliki. QS. Ali Imran ayat 26. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
قُلِ اللّٰهُمَّ مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَآءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَآءُ ۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَآءُ ۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Katakanlah (Muhammad), “Wahai Tuhan Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Orang akan lalai/sewenang2 jika merasa jadi Raja, sebab semuanya yg didapatnya merasa hasil kerja kerasnya & tidak dikembalikan kpd Allah, merasa bukan oleh Allah yg memberi kekuasaan.
2. Jika bersedekah apakah dapat balasan di dunia juga, misal bersedekah karena ingin diberi kesehatan ??
Jawab : Setiap kebaikan yg dilakukan oleh orang yg beriman, Allah siapkan balasan utk akhirat + bonusnya Allah beri di dunia, jadi jika diberi balasan didunia itu hanyalah bonus saja, jadi jangan berharap2 dibalas didunia saja, khawatir diakhirat tidak mendapat apa2. Meskipun kita ingin “fi dunya hasanah wa fil akhirati hasanah”. Contoh lain : ketika kita banyak2 beristighfar, karena ingin diberi rizki dari arah yg tidak disangka2, jika hanya itu yg diinginkan = salah, sebab hanya mengharapkan balasan dari Allah hanya utk di dunia saja. Padahal keutamaan beristighfar banyak, diantaranya :
– Allah angkat kegelisahannya.
– Allah beri rizki dari arah yg tidak disang2.
– Ampunan dosa2nya (shg memudahkannya masuk ke surga). QS. Ali Imran ayat 133.
Maka ketika bersedekah jangan hanya di niatkan utk kesembuhan saja, karena ketika belum sembuh juga, kita akan kecewa karena berharap (hanya utk di dunia saja), tapi jika kita ikhlas, berharap di dunia & juga di akhirat, maka ketika belum sembuh, tetap berbuat baik/bersedekah & tetap berbaik sangka kpd Allah. Shadaqah jangan pakai embel2, amal shaleh yg sudah dilakukan teruskan sbg amal shaleh yg istiqamah, utk kita meraih ampunan & cintanya Allah.
#semogabermanfaat
#mohonmaafsgalakkurangandrpenulis.