Publik digegerkan dengan kasus bunuh diri di flyover Cimindi, Cimahi, Jawa Barat pada hari Jum’at (28/6/2024). Tak berapa lama foto dan video korban tersebar dengan cepat di media sosial dan aplikasi pesan instan.
Masyarakat perlu waspada, sebaiknya tidak menyebarkan konten foto, video maupun kisah dan wasiat peristiwa bunuh diri.
Karena hal tersebut berdampak negatif dan menimbulkan trauma bagi orang yang melihatnya dan yang lebih mengkhawatirian lagi bisa mentrigger atau menginspirasi orang lain dengan riwayat serupa.
Dirangkum dari intothelightid.org, berikut ini dampak negatif penyebaran konten peristiwa bunuhdiri
Trauma sekunder bagi orang biasa yang menyaksikan
Mereka yang menyaksikan konten, dalam kondisi kejiwaan yang sehat maupun tidak, rentan mengalami trauma sekunder karena menyaksikan adegan bunuh diri yang terlalu eksplisit.
Trauma sekunder yang berulang-ulang dapat menyebabkan orang sehat jiwanya mengalami efek samping tertentu. Hal yang mungkin bisa kita rasakan dalam sekejap adalah rasa ngilu atau ngeri, mual-mual, atau kehilangan nafsu makan. Dalam jangka panjangnya, adegan tersebut dapat meningkatkan stres dan depresi.
Memicu bunuh diri tiruan
Penyebaran konten juga dapat memicu bunuh diri tiruan (copycat suicide) atau dikenal pula dengan efek Werther. Informasi bunuh diri yang terlalu mendetail seperti ciri-ciri orang, asumsi penyebab, dan metode bunuh diri yang jelas, dapat mendorong orang yang sedang depresi, memiliki masalah pribadi, atau memiliki pemikiran bunuh diri, untuk ikut mencoba bunuh diri.
Memperburuk stigma
Medsos membuka ruang bagi orang-orang untuk memberikan komentar dan penghakiman yang tidak pantas.
Komentar tersebut punya dampak negatif yang begitu besar, penghakiman terhadap orang yang meninggal karena bunuh diri akan membuat konten di media sosial menjadi negatif bagi siapa saja yang ikut berpartisipasi dan siapa saja yang membacanya.
Menyakiti perasaan bagi orang-orang yang sedang berduka
Orang-orang yang kenal dekat dengan orang yang bunuh diri bisa saja terganggu kenyamanannya. Komentar yang tidak sopan di media sosial terkait dengan orang yang meninggal tentu akan terasa begitu menyakitkan saat dibaca di mata orang-orang terdekat yang mengasihi mereka.
Pelanggaran privasi
Orang-orang yang ditinggalkan juga bisa mendapatkan stigma tambahan ketika informasi atau kehidupan pribadi dari orang yang meninggal ikut tersebar di media sosial atau media massa. Stigma tersebut dapat berbentuk gosip atau fitnah, penghakiman atau hinaan verbal, mencari atau menuduh sesuatu/seseorang yang menjadi penyebab seseorang bunuh diri, atau asosiasi negatif lainnya.
Maka dari itu, bijaklah dalam bermedia sosial. Kita harus bisa menahan diri untuk tidak menyebarkan konten yang bisa memberi dampak buruk bagi orang lain yang mungkin saja tidak kita sadari.