Air dan kehidupan tidak bisa terpisahkan. Membicarakan air berarti membicarakan kehidupan, pernyataan itu harus tegas dan menjadi perhatian kita semua, karena manusia membutuhkan air bagi kehidupan. Mengelola dan merawat Sungai Citarum dengan baik hakekatnya adalah merawat kehidupan.
“Air adalah kebutuhan vital manusia. Dalam pengelolaan sumber daya air dibutuhkan sinergi dan kolaborasi yang melibatkan semua pemangku kepentingan bagi terpenuhinya kuantitas, kualitas dan kontinuitas air bagi kehidupan”
Ir. Bastari, M.Eng.
Kolaborasi BBSW WS Citarum dengan berbagai elemen pentahelix, yaitu unsur pemerintah pusat, pemerintah daerah, unsur TNI – Polri, Komunitas Peduli lingkungan, Akademisi, para pengusaha hingga Masyarakat adalah kunci sukses bagi pengelolaan sumber daya air .
Mengelola sungai Citarum tidak hanya membangun infrastukturnya saja, kesadaran masyarakat dalam memelihara sungai juga tidak kalah penting. Adanya kepedulian, rasa memiliki dan tanggung jawab dari semua komponen bangsa bagi kelestarian Sungai Citarum adalah kunci sukses pengelolaan Sungai Citarum akan tetap harum.

Sungai Citarum terbentang dari Gunung Wayang hingga Muara Gembong memberikan manfaat bagi wilayah seluas 13.000 km2dari Situ Cisanti hingga Pantai Utara. Dengan potensi ketersediaan air hingga 12,95 Milyar m3/tahun, Sungai Citarum mampu memberikan manfaat tidak hanya bagi Masyarakat Jawa Barat tetapi juga bagi penduduk DKI Jakarta. Dinamika penduduk berupa pertambahan angka natalitas dan migrasi dari desa ke kota, membuat pertumbuhan pemukiman baru hingga menempati sempadan Sungai Citarum. Kondisi curah hujan tinggi saat musim penghujan dan dipengaruhi iklim elnino saat musim kemarau, menyebabkan potensi banjirdan kekeringan tidak dapat dihindari di beberapa wilayah.

Pengelolaan sumberdaya air, merujuk pada prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan SDA yaitu kuantitas, kualitas dan kontinuitas. Kuantitas adalah memastikan jumlah air itu cukup, tidak berlebihan dan tidak kurang karena keduanya akan menyebabkan kerugian.
Kualitas adalah memastikan setiap air yang mengalir untuk dimanfaatkan tidak tercemar dan memenuhi baku mutu sesuai kebutuhan. Sedangkan kontinuitas adalah memastikan air akan ada setiap saat terutama di daerah-daerah tangkapan air dan pemeliharaan secara berkelanjutan
Sebuah sistem pengelolaan sumber daya air terpadu menjadi salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan SDA yang tetap berpegang teguh pada pilar pengelolaan SDA.
Peningkatan kemampuan infrastruktur air, perlindungan lingkungan dan area tangkapan air, pemulihan kualitas air, pendayagunaan air yang efisien dan efektif serta penyusunan rencana pengelolaan dan pengendalian banjir di Sungai Citarum.
Berangkat dari pemikiran bahwa manusia yang menjadi pelaku utama dan berbagai peraturan yang meletakkan air sebagai komoditas ekonomi maka kekeringan atau banjir bisa disebabkan oleh alam itu sendiri sedangkan penggundulan hutan dan pencemaran air merupakan akibat langsung dari manusia yang salah mengurusi pengelolaan sumber daya alam.
Langkah nyata yang dapat dilakukan di masa sekarang adalah:
- Air limbah harus dikelola dengan benar dengan menggunakan system pengelolaan air berasaskan ramah lingkungan;
- Pendidikan dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai dampak pencemaran air;
- Menanam pohon dan tanaman di sekitar daerah tangkapan air, sungai, danau, atau pantai;
- Pemerintah perlu menerapkan dan menegakkan kebijakan dan regulasi yang ketat terkait tata ruang
BBWS berkolaborasi dengan Badan Pembangunan Daerah diperlukan dalam mengatur regulasi tata ruang wilayah, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan berkewajiban dalam pengelolaan sampah dan konservasi lahan, Dinas Perindustrian mengambil peran dalam mengatur cara kerja industri yang haru ramah lingkungan, TNI dan Kepolisian Daerah dalam pengamanan sempadan Sungai dari banyaknya okupasi untuk kepentingan pribadi serta pihak-pihak lainnya.