Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, menjadi daerah di Bandung Raya yang kondisi air tanahnya kritis. Hal itu akibat eksploitasi besar-besaran oleh rumah tangga dan industri.
Berdasarkan hasil kajian Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PATGL) Badan Geologi, kondisi muka air tanah di Bandung Raya kritis dibuktikan dengan penurunan muka air tanah sekitar 60 meter hingga 100 meter.
Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman (DPKP) Kota Cimahi, Endang mengatakan bahwa kondisi air tanah di Cimahi saat ini memang sudah masuk zona merah.
“Memang berdasarkan kajian terakhir, kondisi air tanah kita sudah masuk zona merah. Kritis karena eksploitasi berlebihan,” ujar Endang saat ditemui Jumat (24/2/2023).
Pelaku eksploitasi air tanah di Cimahi sendiri, kata Endang, kebanyakan merupakan sektor industri. Saat ini pihaknya bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cimahi meminta industri tak lagi mengeksploitasi air tanah.
“Industri sudah kita minta tidak boleh lagi membuat sumur sumur baru. Makanya nanti kita perlu adanya kerja sama lintas sektor,” tutur Endang.
Sementara Pemkot Cimahi sendiri saat ini terus berupaya mengurangi dampak eksploitasi air tanah dengan berbagai cara. Salah satunya dengan membuat sumur resapan atau sumur imbuhan di Pasirkaliki, Cimahi Utara dan Baros, Cimahi Tengah.
“Sumur imbuhan ini dibuat untuk menampung air yang nantinya bisa diolah dan dimanfaatkan warga. Jadi tidak langsung terbuang begitu saja sekaligus mengontrol debit air yang berpotensi menjadi banjir,” tutur Endang.
Selain itu, Pemkot Cimahi juga terus memperbanyak cakupan pelayanan air bersih dari jaringan perpipaan. Seperti Sistem Pengolahan Air Minum (SPAM) yang dikelola BLUD Air Minum Kota Cimahi.
“Kapasitas pengolahannya rencananya akan kita tambah dari SPAM dari 50 liter per detik menjadi 80 liter per detik sehingga warga yang dilayani semakin bertambah,” ujar Endang.
“Air bersih itu dilayani dari jaringan perpipaan 44.857 KK atau 27,75 persen. Dari non perpipaan itu 97.579 KK atau 60,37 persen. Sementara yang belum memiliki sumber air sendiri ada 16.497 KK atau 10,21 persen,” tambahnya