Balai Bahasa Indonesia-Australia Capital Territory (BBI-ACT) bekerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Canberra dan Australian National University (ANU) menyelenggarakan malam Film Indonesia pada Rabu (12/10), dengan memutar film berjudul “Semesta” atau “Islands of Faith”. Film ini merupakan film dokumenter Indonesia yang bercerita bagaimana nilai-nilai kearifan lokal Indonesia menjadi instrumen penting dalam menghadapi ancaman perubahan iklim.
Duta Besar RI untuk Australia dan Vanuatu, Siswo Pramono mengaku senang dengan acara malam film Indonesia ini. Dubes Siswo mengatakan bahwa belajar mengenai bahasa dan budaya Indonesia di Australia dapat dikuatkan melalui media film.
“Saya mengucapkan selamat dan apresiasi yang tinggi kepada BBI-ACT dan ANU atas pemutaran film ini. Acara ini berhasil menghadirkan ratusan peserta, yang menunjukkan bahwa acara ini memang sangat menarik,” ujar Dubes Siswo dalam sambutannya di Kambri Cinema, Australian National University, Canbera.
Dubes Siswo mengajak BBI-ACT dan ANU untuk bersama-sama memperbanyak malam film Indonesia untuk masyarakat Canberra dan sekitarnya di masa yang akan datang. “Semoga melalui film ini kita bisa sama-sama belajar bagaimana nilai-nilai lokal masyarakat Indonesia dalam menghadapi ancaman bersama yang diakibatkan oleh perubahan iklim,” tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua BBI-ACT, Heath McMichael mengatakan, nonton bareng film “Semesta-Islands of Faith” merupakan implementasi dari tujuan BBI-ACT, yaitu untuk mendorong pemahaman lintas budaya antara Australia dan Indonesia, sekaligus memperdalam ketrampilan dalam pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dan universitas di ACT.
Heath mengatakan, BBI-ACT sejak beberapa tahun belakangan telah berencana menyelenggarakan malam film Indonesia. Namun karena adanya pandemi Covid-19 dan pembatasan mobilitasi sosial, pagelaran malam film Indonesia terus ditangguhkan. “Terima kasih kepada Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra dan the School of Culture, Humanities and Literature ANU, yang telah bekerja sama menghadirkan film Indonesia di Canberra,” ungkapnya.
Sementara Atdikbud KBRI Canberra, Mukhamad Najib menyatakan dukungan penuhnya pada pemutaran film Indonesia di Canberra. Atdikbud Najib sangat menghargai kerja sama dengan BBI-ACT dan ANU dalam memfasilitasi masyarakat Canberra untuk tahu lebih banyak tentang Indonesia melalui film-film yang dihadirkan.
“Kantor Atdikbud KBRI Canberra telah lama bekerja sama dengan BBI-ACT dan ANU dalam mempromosikan bahasa dan budaya Indonesia di Australia. Pemutaran film malam ini merupakan inisiatif teman-teman BBI-ACT dalam upaya mempromosikan bahasa dan budaya Indonesia. Saya juga meyakini, melalui film Indonesia masyarakat Austalia akan lebih tertarik untuk belajar mengenai bahasa dan budaya Indonesia”, ujar Najib.
Dalam pemutaran film ini, hadir 170 penonton yang terdiri dari mahasiswa, guru, dosen dan peneliti, para aktivis lingkungan, dan masyarakat lain yang tinggal di Canberra. Para peserta menyatakan kepuasannya dengan film ‘Semesta: Islands of Faith’ yang mereka tonton, khususnya dari standar sinematografinya yang tinggi dan alur ceritanya yang kaya.
“Memang tidak bisa disangkal bahwa para penonton menangkap pesan utama dari film ini, bahwa melalui kacamata iman dan budaya, masyarakat di seluruh kepulauan Indonesia yang luas berhasil beradaptasi dengan perubahan iklim dan tantangan lingkungan yang berkembang,” kata Najib.
Melalui lensa keyakinan dan budaya di tujuh provinsi di Indonesia, film dokumenter ini mengikuti individu-individu yang berjuang untuk mengatasi perubahan iklim. Mereka adalah Tjokorda Raka Kerthyasa dari Bali, Romo Marselus Hasan dari Nusa Tenggara Timur, Muhammad Yusuf dari Aceh, Agustinus Pius Inam dari Kalimantan Barat, Iskandar Waworuntu dari Yogyakarta, Soraya Cassandra dari DKI Jakarta, dan Almina Kacili dari Papua Barat.
Sebelumnya, film “Semesta: Islands of Faith” telah berhasil menjadi nomine dalam kategori Film Dokumenter Panjang Terbaik di Festival Film Indonesia 2018. Film ini juga terseleksi untuk diputar di Suncine International Environmental Film Festival yang berlangsung di Barcelona, Spanyol, pada 6-14 November 2019.
Dalam acara malam film Indonesia ini, para peserta tidak hanya disajikan film Indonesia, tapi juga makanan khas Indonesia. Mereka bisa menikmati pilihan cemilan manis dan gurih khas Indonesia sebelum film dimulai, sehingga mereka juga semakin mengenal dan dapat merasakan makanan yang merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia.