Kota Bandung, harmonionline.net-Siang itu, di bulan Agustus 2022, penulis bertemu pertama kali dengan sosok perwira menengah (Pamen) jajaran Kodam III/ Siliwangi ini. Perawakannya tinggi, nampak gagah dan bersahaja dengan pakaian lorengnya walau tidak mengenakan baret. Pamen itu tak lain adalah Kolonel Inf. Budi Iman Santoso. Saat penulis memasuki ruangannya, perwira kelahiran Tasikmalaya itu tengah asik berjibaku dengan setumpuk kertas di atas mejanya.
Jabatan Budi Iman Santoso sebagai Kabintaljarah (Kepala Pembinaan Mental dan Sejarah) Kodam III/Siliwangi memang banyak berhubungan erat dengan kehidupan pribadi prajurit.
Bagi prajurit yang akan melakukan pernikahan atau perceraian, pastilah berhadapan dengan Kabintal. Calon isteri prajurit harus diberi pengetahuan, wawasan tentang tugas prajurit dan memberi pembekalan rohani sesuai agama yang dianutnya.
“Tugas Bintal adalah menyelenggarakan pembinaan mental bagi prajurit dan PNS beserta keluarganya melalui pembinaan rohani, mental ideologi dan mental kejuangan dalam rangka mendukung tugas pokok TNI”, jelas Budi yang didampingi Wakabintal Letkol CAJ Tajudin.
Sebagai angkatan bersenjata, prajurit juga manusia biasa yang tidak luput dari permasalahan pribadi atau rumah tangganya.
Pada masa pacaran, kata Kabintal, hendaklah prajurit terbuka dan jujur kepada calon istrinya baik tugas maupun penghasilannya.
“Tidak boleh bohong. Harus jujur. Jangan mengaku-ngaku punya gaji dan penghasilan besar. Karena ketidakjujuran kelak akan membawa petaka dalam membina rumah tangganya. Itu yang saya tekankan kepada tiap prajurit yang akan menikah dan menghadap saya”, tegas Budi.
Selama masa pandemi Covid -19 , salah satu dampaknya adalah tingginya angka perceraian seperti yang terjadi di Kabupaten Bandung yang mencapai ribuan.
Namun, di wilayah Kodam III/Siliwangi yang anggotanya lebih dari 10 ribu prajurit yang tersebar di wilayah Jawa Barat dan Banten, angka perceraian di kalangan prajurit tidak mencapai angka belasan. Bahkan sepanjang tahun 2022 tak ada kasus perceraian, yang ada adalah kasus lama yang masih proses
dan belum selesai.
“Selagi bisa didamaikan dan bersatu, kita dorong terus untuk mempertahankan sebagai suami isteri. Apalagi kalau permasalahan yang terjadi adalah masalah yang lumrah sehari-hari seperti suami isteri pada umumnya. Ya kita senang bila mereka kembali damai. Membina rumah tangga kan ibadah yang paling lama dan panjang kalau dalam agama Islam”, tambah Kabintal yang lama berdinas di Makasar ini.
Minimnya tingkat perceraian di kalangan prajurit, menurut mantan Sasrem 044/Gapo Kodam Sriwijaya ini adalah karena masih kuatnya komitmen yang dipegang.
Bila komitmen masih dipegang kuat, dan melepaskan ego masing-masing akhirnya bisa damai kembali.
Sementara itu di tempat terpisah, Sesdisbintal AD, Kolonel Kav. Khusnul Khuluq mengatakan, isteri seorang prajurit memang harus tangguh dan sabar, karena menyadari sebagai prajurit tugas suaminya adalah penjaga kedaulatan NKRI yang mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Upaya mendamaikan pihak yang berselisih, pertengkaran rumah tangga atau masalah keluarga lainnya yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga adalah seksi pembinaan mental rohani.
“Di sini ada Kasi Binrohis ,(Pembinaan Mental Rohani Islam), Binrohkat (Pembinaan Mental Rohani Katolik), Binrohprot (Pembinaan Mental Rohani Protestan) dan Binrohhinbudkong (Pembinaan Mental Rohani Hindu Budha Konghuchu). Tapi prajurit yang beragama Konghucu di wilayah Kodam III/Siliwangi belum ada”, tambah Budi yang baru 4 bulan menempati posisinya sebagai Kabintaljarah Kodam III/Siliwangi ini.
Budi Iman Santoso merasa senang pindah tugas dari Palembang ke Bumi Siliwangi. ‘Tugas di sini saya jadi pulang kampung nih. Tapi 3 bulan saya tugas di Kodam III Siliwangi malah saya belum sempat pulang kampung ke Tasikmalaya”, ujarnya setengah berseloroh mengakhiri pertemuan dengan penulis. Itulah obrolan ringan penulis dengan Kolonel Inf. Budi Iman Santoso, Kabintaljarah Kodam III/Siliwangi. (Siti Sundari).