Kota Bandung, harmonionline.net-Menginjak usia 62 tahun, Resimen Mahasiswa (Menwa) Mahawarman Jawa Barat terus menaruh perhatian pada Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN).
Hal ini disampaikan oleh Kepala BNNP Jabar, Brigjen Pol. Benny Gunawan, SH., MH. sebagai narasumber pada webinar HUT Menwa Mahawarman Jabar bertema Membangun Warga Terlatih dalam Memperkokoh NKRI secara daring melalui aplikasi Zoom Meeting, Minggu (13/6/2021).
Turut hadir dalam ruang daring Dirjen Potensi Pertahanan Kemenhan RI Mayjen TNI Dadang Hendrayudha dan Komandan Nasional Menwa Indonesia Ir. H. Ahmad Riza Patria, MBA. Keduanya memberikan selamat kepada Menwa Mahawarman Jabar karena masih eksis, solid, dan menjadi tonggak negara.
“Terkait tema, nilainya jelas bahwa keberadaan warga terlatih sangat penting dan menjadi garda terdepan sebagai komponen cadangan bela negara. Warga terlatih bukan hanya fisik, tapi butuh mindset, kesadaran, dan komitmen terhadap NKRI,” ujar Riza Patria dalam sambutannya.
Komandan Menwa Mahawarman Jabar sekaligus Rektor Universitas Pasundan, Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si., M.Kom., IPU. menyampaikan, untuk membentuk warga terlatih, salah satunya melalui penegakan dan pelaksanaan P4GN.
Konteks membangun warga terlatih tertuang dalam UU No 23 Tahun 2021 mengenai Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara yang terbagi menjadi komponen utama, komponen cadangan, dan kpmponen pendukung. Masyarakat atau warga terlatih merupakan bagian komponen cadangan.
“Saat ini, bela negara bukan hanya angkat senjata, tapi bagaimana kita menghindari kegiatan yang diperkirakan dapat melumpuhkan negara. Penggunaan narkotika menjadi sorotan karena sudah memasuki seluruh sendi masyarakat, sehingga sebagai komponen cadangan, perlu ada pendekatan dan perlawanan, baik secara persuasif maupun represif,” paparnya.
Dalam materinya, Kepala BNNP Jabar menjelaskan secara rinci mengenai gambaran masifnya penyalahgunaan narkotika, dampak penggunaan narkotika, kebijakan dan strategi P4GN, pola penanganan, upaya di lingkungan kampus, hingga keikutsertaan warga dalam bela negara.
“Dari hasil penelitian, angka prevalensi penyalahgunaan narkoba di Jabar sebesar 1,80 persen. Angka tersebut menunjukkan bahwa Jabar dalam kondisi darurat narkoba. Ini dikarenakan geografis masih begitu terbuka, sehingga secara umum potensial untuk melakukan peredaran gelap narkoba,” jelasnya.
Di samping itu, regenerasi pasar, modus operandi, dan variasi jenis narkotika yang terus berkembang juga mengakibatkan negara menanggung kerugian lebih dari 8 triliun rupiah.
“Oleh karena itu, BNN dibantu elemen-elemen lain menerapkan strategi P4GN. Di antaranya dengan membangun sistem pencegahan dan keemampuan masyarakat, memperkuat kerja sama, mencegah masuknya narkoba dari luar negeri, menindak dan merampas aset jaringan atau pelaku kejahatan narkoba, serta memperkuat kualitas layanan rehabilitasi untuk memulihkan pecandu,” tambahnya.
Ia melanjutkan, upaya memberantas narkoba juga dilakukan di lingkungan kampus yang dinilai rentan terhadap transaksi obat-obatan terlarang. Beberapa di antaranya mengadakan MoU dengan BNNP, membentuk satgas relawan anti narkoba disertai regulasinya, melakukan tes urine untuk mahasiswa baru, baik di awal masuk kuliah atau secara sampling di tiap triwulan.
“BNNP Jabar sebagai instansi vertikal BNN dan leading sector dalam penanganan masalah narkoba di Jawa Barat melakukan sinergitas dengan mengajak mahasiswa dan seluruh masyarakat untuk berperan serta mewujudkan Jabar juara lahir batin menuju Indonesia Bersih dari Narkoba (Bersinar) dengan menjadi penggiat anti narkoba,” pungkasnya. (Reta Amaliyah S)*