MEMILIKI perilaku terpuji merupakan kepribadian seorang muslim. Rasulullah Saw. senantiasa menasihatkan kita untuk menghiasi diri dengan akhlak mulia dalam pergaulan dengan siapapun. Maka dengan akhlakul karimah inilah manusia acapkali terdorong untuk melindungi orang-orang yang lemah, menjatuhkan sangsi terhadap orang-orang yang berbuat jahat, serta bersikap adil dalam menjalankan roda pemerintahan atau pengaturan kehidupan masyarakat dalam berbagai segi, seperti politik, ekonomi, pendidikan, dan sebagainya.
Keadilan adalah induk dari sekian banyak sifat utama. Artinya, dengan memasukkan sifat keadilan ke dalam diri maka seorang manusia dapat memiliki berbagai sifat keutamaan yang lain. Sebagai fakih menganggap keadilan sebagai karakter yang muncul disebabkan ketakwaan kepada Allah dan rasa takut kepada-Nya. Karena adil berarti memberikan kepada sesuatu apa yang menjadi haknya, maka memberikan sesuatu kepada yang berhak adalah bentuk adil yang paling jelas. Jika masing-masing kita memberikan kepada orang lain apa yang menjadi haknya dengan adil, maka semua urusan kehidupan bermasyarakat akan menjadi teratur.
Akhlak kita terhadap Allah Swt. Allah Swt telah menciptakan manusia serta memuliakan nya dari segenap makhluk. Oleh sebab itu, telah menjadi kewajiban yang tidak terelakkan bagi manusia untuk menyembah-Nya, memuliakan-Nya, mengagungkan perintah-perintah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, serta memelihara akhlak yang baik dengan-Nya. Jika kita melakukan itu dengan ikhlas maka Allah mewajibkan atas Diri-Nya untuk mencukupkan urusan dunia dan akhirat kita. Dalam hal ini Allah Swt. telah berfirman, “Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.’ (QS. Al-Baqarah, 2: 21).
Akhlak kita terhadap lisan atau lidah ialah kita memuliakan nya dengan meninggalkan ucapan-ucapan yang tidak santun, membiasakannya menuturkan ucapan-ucapan yang baik, meninggalkan ucapan-ucapan yang tidak ada gunanya, serta berbuat baik kepada manusia dan mengatakan kepada mereka kata-kata yang baik. Lisan jangan digunakan untuk berbohong, berdusta, menyebarkan fitnah, menyebarkan hoax. Tetapi seharusnya lidah agar digunakan untuk berdzikir kepada-Nya, membaca kitab-Nya, memberi nasehat kepada umat manusia, menyeru mereka kepada ketaatan kepada-Nya, dan mengenalkan mereka kepada apa yang diwajibkan Allah atas mereka dengan menjunjung tinggi semua hak-hak-Nya, dan agar bisa melahirkan segala isi hatinya dari keperluan-keperluan yang berkait dengan urusan dunia dan akhirat. Sebagaimana Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam.” (HR. Al-Bukhari). Juga dalam hadits yang lain Beliau Saw. bersabda, “Barangsiapa banyak bicara maka banyak pula salahnya dan barangsiapa banyak salah maka banyak pula dosanya, dan barangsiapa banyak dosanya maka api neraka lebih utama baginya.” (HR. Athabrani).
Akhlak kita terhadap telinga ialah kita menyucikannya dari mendengar perkataan ghibah (menggunjing), dusta, umpat-mengumpat, caci-mencaci dan segala ucapan yang kotor serta perkataan-perkataan yang tidak boleh didengar. Namun jika telinga itu digunakan untuk mendengarkan segala sesuatu yang diharamkan Allah Swt, maka ia tidak ubahnya mengkufuri nikmat pemberian telinga dan tidak menyukuri karunia Tuhan yang besar itu, karena ia telah menggunakannya pada tempat yang salah. Sebagaimana Allah Swt. berfirman, “Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS, al-Isra’, 17: 36).
Dalam hadits yang lain Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Apabila telinga seseorang di antara kalian mengiang (berdenging) hendaknya mengingatku, dan bacalah salawat untukku, serta ucapkanlah, “Semoga Allah mengingat (memelihara) orang yang menyebut-nyebut diriku dengan baik.” (HR. Ibnu ‘Addi melalui Abu Rafi’).
Bilamana telinga kita berdenging, berarti ada yang membicarakan kita. Untuk itu dianjurkan bila seseorang mengalaminya maka ucapkanlah salawat bagi Nabi Saw. dan membacakan doa, “Semoga Allah memelihara orang yang menyebutku dengan sebutan yang baik.” Mudah-mudahan ia terpelihara dari keburukan pembicaraan nya.
Akhlak kita terhadap mata ialah kita menundukkan pandangan kita dari hal-hal yang diharamkan bagi kita memandangnya. Seperti, memandang wanita-wanita asing dan gambar-gambar dan film porno yang membangkitkan nafsu birahi. Allah Swt berfirman, “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya.” (QS an-Nur, 24: 30). Rasulullah Saw. bersabda, “Berilah matamu bagian dari perbuatan ibadah yaitu melihat mush-haf Alquran (membaca Al-Quran) dan memahami isinya serta mengambil pelajaran dari keajaiban-keajaiban susunannya.” (HR. Hakim melalui Abu Said).
Mata adalah nikmat Allah yang besar, dikaruniakan kepada hamba-hamba-Nya. Ia diciptakan untuk hamba-Nya agar bisa menyaksikan keindahan dan kebesaran ciptaan-Nya di bumi dan di langit, agar sesudah itu bertambah pengenalan dan keyakinannya terhadap Tuhannya, lalu bertambah pulalah ketaatan dan kebaktiannya kepada-Nya.
Akhlak terhadap tangan kita, ialah kita tidak mengulurkannya kepada hal-hal yang diharamkan terhadap kita. Tangan harus memainkan peranan yang besar dalam berbakti kepada Allah Swt, seperti, memperbanyak sedekah membantu hajat kaum muslimin, menulis ilmu pengetahuan dan kata-kata hikmah, mengusahakan rezqi yang halal dengan niat membantu menegakkan agama yang suci. Tangan juga harus dipelihara untuk tidak menyakiti orang lain, menganiayanya, ataupun mengambil hak dan harta benda orang lain tanpa hak, seperti korupsi, merampas, menipu dalam jual beli, menghianati dan sebagainya.
Akhlak terhadap kaki ialah kita tidak melangkahkannya ke tempat-tempat yang diharamkan. Atau menuju ke tempat maksiat, membantu melakukan kesalahan, mendekati orang yang berbuat zhalim, mengunjungi tempat-tempat perjudian dan tempat-tempat yang tidak baik yang tidak ada manfaatnya. Kaki juga wajib dikontrol untuk tidak menyakiti orang lain, seperti menendang, menyepak dan menjejak. Di atas keduanya kelak kita akan berdiri di atas shirath. Jagalah supaya kita tidak tergelincir dan jatuh ke dalam neraka.
Akhlak terhadap perut ialah kita tidak menjadikannya sebagai tempat penimbunan makanan-makanan haram, dan tidak juga makan terlalu kenyang. Menjaga dan memelihara perut termasuk perkara yang sangat penting. Terutama sekali memeliharanya dari segala perkara yang haram dan syubhat, dan mengendalikannya dari kemauan hawa nafsu untuk memakan yang halal secara berlebih-lebihan. Allah Swt. berfirman, “Diharamkan bagimu memakan bangkai, darah, daging babi, daging hewan yang disembelih atas nama selain Allah, daging hewan yang tercekik, yang dipukul, yang mati karena jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali bila kamu sempat menyembelihnya. Dan diharamkan bagimu daging binatang yang disembelih untuk berhala.” (QS. 5:3).
Akhlak terhadap kemaluan kita ialah kita menjaganya dari perbuatan zina, dan menjaganya untuk tidak dilihat orang. Menjaga kemaluan adalah perbuatan yang sangat penting, karena perkaranya sangat mengkhawatirkan. Rasul Saw. bersabda, “Barangsiapa yang memberi jaminan kepadaku untuk memelihara di antara rahangnya (mulut) dan di antara kedua pahanya (kemaluannya) niscaya aku menjamin baginya surga.” (HR. Al-Bukhari).
Oleh karena itu, peliharalah diri kita dengan menjaga kemaluan kita baik-baik. Dan hal ini baru bisa terlaksana dengan cara senantiasa mengawasi hati agar tidak selalu memikirkan sesuatu yang haram. Kemudian, hendaklah memelihara mata dari memandang segala sesuatu yang dilarang oleh agama. Dalam hal ini Rasulullah Saw. bersabda, “Mata melihat, sedang nafsu birahi bergejolak, lalu kemaluan membenarkan atau mendustakannya.” Rasulullah Saw. pernah ditanya oleh para sahabat tentang kaum yang terbanyak masuk neraka, siapakah mereka itu? Beliau menjawab, “Orang yang tidak memelihara dua yang bulat, yaitu mulut dan kemaluan.” Wallahu a’lam bish shawab.
Drs.H. Karsidi Diningrat M.Ag
*Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Bandung
*Anggota PB Al Washliyah Jakarta
*Mantan Ketua PW Al Washliyah Jawa Barat.