Penulis: HD Sutarjan
Rasulullah bersabda: Wahai kaum muhajirin, ada lima hal akan diujikan kepada kalian, dan aku berharap kalian tidak mengalaminya, lima hal itu ialah:
Pertama, perbuatan zinah yang muncul di masyarakat, dan dilakukan secara terang-terangan, pasti akan berakibat tersebarnya penyakit menular, dan penyakit-penyakit yang belum ada di masa lalu.
Kedua, mereka berlaku curang , melakukan penipuan dan kebodohan, akibatnya akan menimpa kepada mereka musim paceklik, sulit pangan, dan para penguasa berlaku zalim.
Ketiga, mereka tidak menunaikan zakat harta mereka, akibatnya akan mengalami kemarau berkepanjangan.
Keempat, mereka mengingkari janjinya kepada Allah dan Rasul-Nya, sikap mereka mengundang murka Allah, akibatnya mereka tidak berdaya menghadapi tantangan hidup dan musuh, yang akhirnya menimbulkan bermacam krisis.
Kelima, jika para pemimpin mereka tidak menerapkan ajaran-ajaran yang disebutkan dalam Al-Quran, bahkan memilah-milah mana yang menguntungkan saja, niscaya Allah akan menimpakan keganasan, kebrutalan sebagian mereka terhadap sebagian yang lain.
Jika meneliti lebih serius isi hadits tersebut, kita akan dapat mengidentifikasi faktor-faktor timbulnya krisis kehidupan sekarang, antara lain:
Pertama, runtuhnya moral dan akhlak manusia, padahal moral adalah penyebab keruntuhan suatu bangsa. Kita diingatkan kehancuran umat Nabi Luth, berawal dari penyimpangan seksual.
Krisis moral di zaman modern, tercermin dalam pergaulan bebas, perzinahan dan pelacuran yang dilokalisir maupun liar, terbongkarnya praktek-praktek aborsi dan penjualan wanita dan bayi, serta merebaknya pornografi dan pornoaksi. Semuanya merupakan bukti kuat, mewabahnya kebebasan seks dan pelacuran.
Dalam suatu kesempatan, Rasulullah pernah mengingatkan, jika perzinahan, judi dan praktek-praktek riba meluas pada suatu kaum, pertanda mereka sudah siap akan menerima azab Allah.
Kedua, gaya hidup yang materialistik, kecintaan kepada dunia secara berlebihan dan mengagung-agungkan benda, itulah yang dapat merenggangkan hubungan kemanusiaan dan mempertipis rasa ukhuwah (solidaritas).
Orang yang cinta pada harta secara berlebihan, merasa berat mengeluarkan hartanya untuk sesuatu yang tidak mendatangkan keuntungan secara real, seperti membayar zakat hartanya, infak dan shadaqah. Tetapi untuk berfoya-foya dan melakukan yang maksiat mereka tidak sayang, dihabiskan dengan tidak wajar dan mubazir. Kebakhilan dan keserakahan mereka inilah yang menyebabkan krisis moral, ekonomi dan lainnya.
Ketiga, praktek curang atau sikap hidup tidak jujur. Dalam masyarakat yang menghalalkan semua cara dalam praktek bisnisnya, pada gilirannya akan memunculkan iklim yang kondusif munculnya penguasa yang zalim, lahirnya kesewenang-wenangan penguasa dan para pengambil kebijakan.
Keempat, tidak menerapkan sistem Allah dalam berpolitik, ekonomi, kemasyarakatan, hukum, peradilan, hubungan antarbangsa, dan sebagainya.Hukum atau sistem yang dirancang atau dibuat manusia, tidak akan memuaskan rasa keadilan semua orang, tentu ada saja yang merasa dirugikan, dan ada pula pihak yang menikmati keuntungan sepihak. Inilah pangkal kecemburuan dan gejolak sosial, pada titik kulminasinya melahirkan bermacam kerusuhan sosial dan kebrutalan.
Kelima, mengingkari janji kepada Allah. Setiap muslim yang shalat, selalu berikrar di hadapan Allah, bukankah yang dibacanya dalam doa iftitah, akan menyerahkan semua urusan hidup dan matinya hanya kepada Allah. Tetapi di luar shalat, janji atau ikrar itu buyar sama sekali, dikalahkan oleh nafsu-nafsu hidup yang berlebihan. Sikap yang semacam inilah yang mengundang murka Allah.
Setelah kita memahami isi peringatan hadits tersebut, dalam konteks krisis kehidupan yang kita alami dewasa ini, solusinya yang paling mendasar ialah kita menyatakan kesiapan rujuk ke jalan Allah. Mari kita renungkan bersama, untuk bersama-sama pula berikhtiar mengatasinya.***