Sepanjang Ramadan ini, tak sedikit warga Indonesia di Amerika yang memiliki usaha katering atau pembuat kue kering telah sibuk membuat aneka kue dan hidangan, baik untuk hidangan sehari-hari maupun untuk sajian istimewa di kala Lebaran yang kian dekat.
Washington — Ketika masyarakat menjalani aturan pembatasan jarak sosial pada masa pandemi COVID-19, banyak dari mereka lebih menyukai memesan makanan daripada pergi berbelanja bahan makanan di pasar swalayan atau pergi ke restoran. Bak gayung bersambut, kebutuhan memesan makanan dapat dipenuhi antara lain karena ada saja warga Indonesia di Amerika yang mempunyai bisnis katering.
Usaha katering sejumlah warga Indonesia di negara bagian Maryland, misalnya, tampaknya berkembang baik. Mereka mendapat banyak pesanan, setidaknya dari sesama warga Indonesia. Di wilayah Maryland yang berdekatan dengan ibu kota, Washington DC, misalnya, lebih dari 10 warga Indonesia yang menjadi pelaku usaha katering. Hidangan yang mereka tawarkan beragam, mulai dari sate ayam, rendang, sayur asem hingga makanan rumahan lainnya seperti tempe mendoan, buntil, dan pecel.
Salah seorang pengusaha katering itu adalah Lely Sunardi. Selama masa penerapan pembatasan jarak sosial, ia menerima pesanan dua kali dalam seminggu, setiap Rabu dan Sabtu. Bukan hanya menawarkan menu untuk makanan sehari-hari, pemilik katering “Lely’s Kitchen” yang menerima pesanan makanan sejak tahun 2007 itu, juga menerima pesanan paket hidangan Lebaran. Apa saja yang ia tawarkan?
“Untuk hidangan Lebaran yaitu lontong sayur. Rindu kampung halanam akan terobati, karena Lely’s Kitchen akan membantu ala kadarnya. Paket Lebaran ini minimum untuk 2 orang dengan harga $50 dolar yang terdiri dari kupat, lontong sayur, sambel goreng kentang, rendang, kerupuk dan sambal. Dan kami bisa mengantarkannya ke rumah,” ujarnya.
Bagaimana dengan camilan untuk berbuka puasa? Lely Sunardi juga trampil membuat kue-kue basah atau jajanan pasar yang biasa disajikan saat berbuka puasa. Sebut saja cenil, klepon, atau aneka bubur manis seperti biji salak, ketan hitam dan bubur sumsum.
Pada musim pandemi ini, silaturahmi ketika Lebaran mungkin saja akan berbeda karena adanya pembatasan. Acara saling berkunjung dan menjamu tamu mungkin tidak seperti biasanya. Namun, ini bukan berarti tidak ada kue-kue kering untuk sajian Idul Fitri.
Salah seorang warga Indonesia yang menjual aneka kue kering, juga lapis legit dan lapis surabaya, adalah Agnes Zigmund. Penduduk kota Philladelphia, Pennsylvania ini telah mengelola bisnis kuenya sejak tahun 2010 dengan nama “Z Kitchen”. Bukan hanya dari pelanggan di Amerika, ia juga bahkan menerima pesanan sampai di Kanada.
“Kami spesialisasi kue kering dan cake. Pada masa Ramadan dan menjelang Idul Fitri, kami juga melayani terutama untuk warga Indonesia. Tentu saja bagi yang ingin membeli di luar negara bagian, kami bisa mengirimkannya”.
Agnes yang rajin mengikuti bazar dan festival Indonesia ini menambahkan, kue yang paling disukai oleh pelanggannya adalah nastar, putri salju, kastengel serta lapis legit.
Seorang warga Indonesia, Julia Clifford merasa terbantu dengan adanya usaha katering warga Indonesia ini.
“Ya saya sering memesan masakan dan kue- kue dari sesama warga Indonesia. Bisa dibilang hampir tiap minggu ya… daripada masak sendiri, selain tidak punya waktu dan suka malas juga. Mereka yang terima pesanan itu sangat membantu kami yang suka rindu makanan Indonesia,” tuturnya.
Pembatasan seperti menjaga jarak sosial bisa jadi masih diberlakukan ketika Lebaran tiba. Tetapi ini tentunya tidak akan membatasi kebahagiaan umat Islam dalam menyambut Idul Fitri. [ps/uh]