Tidak seperti tahun sebelumnya, sejak Covid-19 sampai di Indonesia, pemerintah mulai menetapkan sejumlah kebijakan membatasi kegiatan masyarakat di luar rumah. Alhasil, Bulan Ramadan kali ini terasa sedikit berbeda.
Biasanya, kedatangan bulan suci umat muslim ini dibarengi dengan kehadiran sejumlah bisnis kuliner musiman. Tak dapat dipungkiri, permintaan pasar yang sangat potensial membuat bisnis ini menjanjikan. Namun di masa pandemik Covid-19 seperti saat ini tentu diperlukan strategi yang berbeda.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (UNAIR) Dr. Tri Siwi Agustina, SE, M.Si mengatakan bahwa perilaku konsumtif selama puasa Ramadan biasanya meningkat dibandingkan dengan 11 bulan lainnya.
“Konsumen cenderung menginginkan variasi dalam jenis makanan dan minuman. Meskipun bertepatan dengan pandemik Virus Corona, perilaku ini tidak berubah, namun berbeda,” ungkapnya ketika diwawancara pada Minggu (26/04/2020).
Menurut dia, fenomena tersebut dapat dilihat atas pembagian tiga zona berbeda selama puasa Ramadan. Yakni zona 10 hari pertama, zona 10 hari pertengahan, dan zona 10 hari terakhir.
“Zona 10 hari pertama adalah masa dimana orang melakukan penyesuaian dalam berpuasa. Biasanya mereka cenderung sedikit royal dalam memenuhi kebutuhan kulinernya,” tutur dia.
Pada zona ini pula biasanya orang tua akan menstimuli anaknya untuk berpuasa. Oleh karena itu, produk-produk makanan untuk segmen pasar anak-anak juga perlu disiapkan.
Pada zona 10 hari pertengahan, lanjut dia, keadaan tidak berbeda jauh dengan zona 10 hari pertama. “Umumnya ketika tidak terjadi pandemik seperti sekarang ini, jumlah pembeli takjil akan mulai berkurang karena ada acara buka bersama dan sebagainya. Namun karena kondisinya saat ini tidak memungkinkan, maka zona 10 hari pertengahan tidak mengalami banyak perubahan,” jelas dia.
Sementara itu, keadaan pada 10 hari terakhir atau menjelang Hari Raya Idul Fitri tahun ini sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Permintaan makanan dan minuman kemasan akan meningkat, terutama di kota-kota besar.
“Karena ada larangan mudik dan banyak rumah makan atau warung yang tutup, produsen harus menyediakan produk kuliner dalam porsi yang besar karena permintaan produk kuliner akan meningkat,” tutup dia. (*)
Penulis: Erika Eight Novanty
Editor : Binti Q. Masruro
Sumber : http://news.unair.ac.id