Apa yang tidak bisa bohong bagi kita terkait makanan? Adalah rasa dan lidah. Jadi Lidah hanya bisa berbohong terkait kata kata, seperti lagu yang terkenal itu…”Memang lidah tak bertulang, tak berbekas kata – kata…Tinggi Gunung Seribu Janji, lain dibibir lain dihati…”. Lagu 60-70an berjudul Tinggi Gunung Seribu Janji yang di populerkan Bob Tutupoly itu, sungguh tidak berlaku bila dipadankan terkait rasa dan makanan. Karena, lidah tak mampu berbohong, mendeteksi rasa dan kelezatan makanan, apalagi miliki ke-khas-an. Bahkan ia merekamnya hingga kini. Percaya?
Lalu apa keterkaitan Lidah dan unggahan gambar ini? Begini kisahnya! Kala itu sekitar tahun 90an, setelah kali pertama berkunjung ke Bandung, waktu libur sekolah telah habis, saya harus pulang kembali ke Jawa Timur. Tak dapat tiket bus dan kereta api jurusan Kediri, yang tersedia malah tiket Bus Malam Bandung Surabaya. Terpaksa, tapi akhirnya menikmati. Sekitar jam 1 siang, mulai meninggalkan terminal Cicaheum Kota Bandung menuju Cirebon – lanjut Semarang (belum ada jalan toll waktu itu). Sekitar jam 1 dinihari, kru bus membangunkan penumpang, rehat sejenak di sebuah rumah makan, besar sekali. Ternyata di daerah Lasem – Kabupaten Rembang. Saat hendak masuk rumah makan, kepada kru bus saya tanyakan jam berapa bisa sampai Surabaya, ia menjawab singkat sekitar jam 7 pagi. Ternyata masih lama.
Itung itung sarapan, saya ambil tempat duduk, pilih makanan yang disodorkan melalui buku menu. Ada yang menggoda selera, “Bandeng Goreng – Sambel Lasem”. Dan pilihan saya tidaklah salah. Makanan ala pesisir utara itu, fiyuuuuh, hingga kini masih tertinggal kelezatan dan rasanya, padahal telah lebih dari 30 tahun menerobos dan menginjak injak lidah. Bandengnya digoreng agak kering, lalu sambelnya berasa terasi, pedas, kecut/asem, manis, gurih, dan keceran jeruk nipisnya itu lho, tapi sepertinya tak pakai tomat. Penasaran, saya datangi dapur, temui tukang masaknya, minta resep sambel, saking penasaran dan terpesona-nya!
Kini, setelah sekian lamanya, dan untuk kesekian kalinya, adegan itu saya ulang lagi dan lagi, dengan memasak sendiri, saya padu padankan dengan Sayur Bening Bayem. Hmmm, rasanya ingin kembali, datangi itu rumah makan di Lasem, tapi jujur..entah apa namanya ya? Lidah saya pernah muda, dan kini tetap muda, karena tak bertulang! Heu..
Sambel Lasem Chef Partho
Cabe, Cengek, Tengis, Bamer, Baput, Trasi, semua bahan di garang/ sangrai, biarkan sedikit matang atau gosong. Uleg, tambahkan, garam, gula (gula jawa diutamakan) sedikit petis. Terakhir, peras jeruk sambel, jeruk nipis, jeruk pecel atau lemon. Hidangkan dengan lalap mentah ; surawung/kemangi, timun iris.
Bening Bayem
Bayem/ bayam asesoris bisa jagung muda, wortel, oyong/ gambas, dll. Bumbu ; bamer iris, baput keprek, empon empon kunci (Temu Kunci – atau boesenbergia rotunda), laos/lengkuas, daun salam, garam, gula, penyedap (bila suka).
(gp|bw)