Hog Cholera atau demam babi adalah suatu penyakit yang sangat fatal ketika menyerang babi. Penyebarannya sangat cepat dan bisa menular melalui udara dan kontak antar populasi babi.
Bangkai babi yang dibuang ke sungai masih menjadi persoalan bagi warga dan pemerintah Sumatera Utara. Kasus kematian babi akibat virus Hog Cholera atau Kolera Babi terus bertambah dan mencapai jumlah 5.800 ekor. Banyak pihak yang sembarangan membuang bangkai kesungai sehingga mencemari air.
Ada 11 kabupaten/kota disumut yang
terkena virus hog cholera yaitu Karo, Dairi, Humbang
Hasundutan, Deli Serdang, Medan, Toba Samosir, Serdang Bedagai, Tapanuli Utara,
Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan dan Samosir. Virus ini berpotensi menginfeksi
1,2 juta ekor babi yang ada di sumut
Pemprov Sumut, menurut M Azhar Harahap, terus berkoordinasi dengan pemerintah
kabupaten dan kota yang terdampak untuk mengatasi penyebaran virus ini.
Termasuk membatasi pergerakan hewan ternak babi ini.
“Ada pengetatan lalu lintas ternak, yang dapat mengakibatkan penyebaran virus,” kata Azhar.
M Azhar Harahap menyatakan, Pemprov Sumut, melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP), mengimbau kabupaten/kota membentuk posko di tingkat kecamatan untuk mengantisipasi penyebaran virus hog cholera sekaligus mempercepat evakuasi bangkai babi yang dibuang sembarangan.
Penyebab utama virus kolera babi adalah kondisi peternakan yang kurang bersih/jorok. Biasanya banyak sekali menyerang peternakan babi yang konvensional, tidak bertahan di lingkungan, lembap, basah, becek, kotor, rentan terhadap kondisi kering dan sinar ultraviolet
Menurut kemenkes penyakit tersebut tidak menular ke manusia. “Kolera babi dan african swine fever sejauh ini tidak menular kepada manusia. Tidak menular dari hewan kepada manusia. Itu prinsipnya” kata Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Anung Sugihantono di kantor Kemenkes
Anung mengatakan virus tersebut dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan dikhawatirkan dapat memicu penyebaran bakteri E coli yang akan berdampak pada manusia sebab bakteri E coli dapat muncul diresapan air tanah yang kerap kali digunakan masyarakat baik untuk konsumsi maupun sebagai kebutuhan rumah tangga, akibat dari pembuangan bangkai ke sungai.
Tidak ada ciri khusus secara kasat mata yang membedakan air yang tercemar bakteri E coli. Namun air tanah yang tercemar bakteri E coli memiliki bau yang tidak sedap dan tidak enak dikonsumsi. Anung meminta dinas kesehatan setempat untuk melakukan pengecekan terhadap daerah yang tercemar tersebut.
Penanganannya babi yang mengalami tahap awal penyakit diberikan serum anti kolera babi. Babi yang sehat juga sebaiknya segera divaksin dan untuk bangkai babi sebaiknya dibakar atau dikubur dengan kedalaman yang cukup kemudian segera selidiki orang yang sudah membuang bangkai ke sungai agar tidak ada lagi kejadian tersebut.
(Dari Berbagai Sumber)